Materi Pelatihan Public Speaking
Setiap orang memiliki kemampuan untuk berbicara didepan orang banyak, namun ketika seseorang diminta untuk tampil berbicara didepan umum Ia mengalami demam panggung, cara penyampaian kurang meyakinkan sehingga mengakibatkan persepsi audiens tidak sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, upaya mempersiapkan dan melatih diri untuk mampu tampil berbicara didepan umum dengan baik, merupakan bagian keberhasilan berkomunikasi seseorang.
PUBLIC SPEAKING
Ketika akan
memulai berbicara di depan umum, baik sebagai MC, Presenter atau apa saja yang
menuntut kita berbicara di depan umum, kita biasanya berpikir “Apakah aku harus
menggebu-gebu atau pelan-pelan?” “Dimanakah aku harus berdiri?” “Bagaimanakah
gerakan yang harus aku lakukan?” “Harus cepat atau pelankah aku akan
berbicara?” “Bagaimana kalau aku berbuat
kesalahan?” “Kapan aku harus berhenti?”
dan lain sebagainya. Pertanyaan ini
muncul biasanya dari ketidakpercayaan diri. Kepercayaan diri dalam berbicara di
depan umum memang tergantung dari kebiasaan. Meskipun demikian, mengetahui
bagaimana kita menampilkan diri akan membantu
kita memperoleh kepercayaan diri.
Berbicara di depan umum
menuntut pembicara menampilkan dirinya dengan baik karena pada kesempatan
itulah dirinya menjadi pusat perhatian. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: Bagaimanakah penampilan yang baik itu?
Penampilan yang baik dalam presentasi, berpidato, atau
memimpin acara adalah penampilan yang dapat membuat hadirin dapat menangkap
pikiran-pikiran yang dikemukakan pembicara dengan jelas, menarik dan tidak
“mengganggu” hadirin dalam memahami apa yang disampaikan pembicara. Seandainya pembicara bergumam, tidak berdiri
dengan tenang, melihat ke luar jendela, atau berbicara monoton, maka pastilah
apa yang ingin disampaikan pembicara sulit ditangkap hadirin. Hadirin juga akan
sulit menangkap misi yang disampaikan jika penyampaiannya terlalu
berlebih-lebihan baik dengan gerakan-gerakan dan suara yang sangat dramatis.
Sebagaian besar hadirin akan lebih menyukai
penyampaian yang mengkombinasikan antara unsur-unsur penyampaian yang formal
dan yang biasa dilakukan dalam bercakap-cakap, yaitu langsung, spontan, dan
antusias.
Metode
Penyampaian
Metode penyampaian merupakan faktor yang penting
dalam presentasi, pidato, atau pembawa acara. Ada empat cara penyampaian yaitu:
· berbicara dengan membaca
naskah
· berbicara berdasar hafalan
teks yang disiapkan
· berbicara tanpa persiapan
· berbicara dengan catatan
pokok pembicaraan
Berbicara dengan membaca naskah, biasanya dilakukan pada upacara-upcara yang sangat
resmi atau karena waktu yang sangat berharga.
Dengan demikian ketepatan dari kata per kata menjadi kunci utama.
Meskipun demikian, cara penyampaian haruslah diusahakan wajar seperti percakapan
biasa. Karena sifatnya yang resmi seorang MC, misalnya, membaca dari teks yang
sudah disiapkan. Makin resmi suatu acara, maka makin besar tuntutan seorang MC
untuk ketepatan berbicaranya.
Berbicara berdasar hafalan tidak banyak dilakukan orang lagi. Dalam memakai
metode ini speaker harus betul-betul
hafal dan harus nampak wajar seperti berkomunikasi.
Berbicara
dengan tanpa persiapan biasanya dilakukan dalam pertemuan bisnis, menjawab pertanyaan, dll.
Kelemahan metode ini adalah dalam masalah strukturnya, karena mengorganisasi
apa yang diucapkan dalam waktu yang mendesak memang cukup sulit.
Berbicara dengan catatan kecil, outline, atau
pokok-pokok pembicaraan saja, memberikan kondisi yang komunikatif. Memang terlihat sulit
tetapi metode ini adalah metode yang paling mudah dalam menciptakan output yang
baik karena metode ini memungkinkan kita mengorganisasikan pikiran kita,
menciptakan suasana yang lebih formal, dapat beradaptasi dengan keadaan, tidak
kaku.
Ekspresi Suara
Setiap orang mempunyai karakter
suara yang berbeda-beda dan masing-masing memberi keunikannya sendiri-sendiri.
Meskipun pembicara memberikan ciri-ciri khasnya ada kriteria umum yang disukai
orang dan menarik. Jadi dapat dikatakan
bahwa salah satu aspek dari keberhasilan berbicara di depan umum adalah suara
kita. Ekspresi suara harus diperhatikan
oleh pembicara adalah:
- Volume. Pada masa sekarang ini loud speaker sangat membantu penampilan suara kita sehingga kita tidak terlalu sulit menyesuaikan suara kita.
- Intonasi. Mengutarakan apa yang ada dalam pikiran kita tidaklah hanya memperhatikan kata-kata yang meluncur dari mulut kita saja. Intonasi adalah faktor yang sangat penting dalam menjalin komunikasi dengan hadirin. Dari intonasilah pembicara akan nampak kaku, tidak percaya diri, sombong, malas, seperti anak-anak, senang, bosan, dinamis, menyenangkan dsb.
- Ritme atau tempo bicara. Kecepatan berbicara seseorang merupakan hal yang penting dalam berpidato. Agar efektif, pembicara haruslah menyesuaikan ritme berbicaranya dengan hadirin, suasana yang ingin diciptakan, dan kata-kata yang ingin ditekankan, dan materi yang disampaikan.
- Pause. Meskipun pause atau berhenti ketika berbicara tidak nampak penting, tetapi faktor ini yang dapat memberikan kesan mampu dan tidaknya seseorang berbicara. Tidak ada orang yang berbicara tanpa berhenti, seseorang pasti berhenti tetapi yang menjadi masalah adalah pembicara haruslah tahu kapan dia dapat berhenti. Yang penting diingat adalah mengusahakan menghilangkan filler ketika berhenti. Meskipun yang tersulit dalam public speaking adalah menghilangkan filler tetapi jika terus berlatih filler tersebut akan hilang.
- Artikulasi. Artikulasi sangat dipengaruhi oleh budaya suatu daerah. Artikulasi dalam berpidato atau presentasi tidaklah seketat artikulasi dalam ke-MC-an. Meskipun demikian, pembicara harus memperhatikan artikulasinya karena menunjukkan kejelasan dan kerapian berbicara.
Aspek Non-Verbal
(Ekspresi Wajah dan Bahasa
Tubuh)
“Men trust their ears less than their eyes” kata ahli sejarah Yunani,
Herodotus, kurang lebih 2400 tahun yang lalu. Disini dapat berarti bahwa
seandainya gerak-gerik tubuh tidak sesuai dengan apa yang dikatakan maka orang
akan lebih percaya bahasa tubuhnya daripada kata-katanya.
Presenter pemula biasanya bingung dan cemas bagaimana dia akan membawakan dirinya. Dia terutama akan bingung dimana dia akan menaruh tangannya. Yang sering terjadi adalah dia akan menaruh tangannya disaku. Orang boleh-boleh saja merasa nervous tetapi dia tidak dapat menampakkan kenervousan tersebut. Pembicara haruslah nampak tenang, percaya diri dan gaya. Jadi pembicara tidaklah hanya cukup tahu apa yang hendak dikatakannya tetapi juga tahu bagaimana dia mengungkapkannya.
Penampilan
non-verbal ditunjukkan dengan penampilan:
1. Penampilan Busana,
Yang termasuk aksesoris,
sepatu, rambut. Aspek non verbal ini dan dapat disebut dengan “bahasa’
artifactual. Meskipun sifatnya semu dan seolah-olah bukan merupakan bagian dari
diri pembicara, tetapi pengaruh terhadap hadirin begitu besar. Yang paling
penting dalam masalah berbusana ini, kita tahu kapan dan dalam kesempatan apa
kita berbicara karena busana selalu harus menyesuaikan kesempatannya, waktu,
hadirin, dan kesan yang ingin kita dapatkan dengan busana tersebut.
Dalam berbusana, seseorang
haruslah tahu prinsip berbusana untuk berbicara di depan umum adalah “common sense” dan “achieving good taste”. Dalam
meraih kesan tersebut orang haruslah nampak: (1) percaya diri; (2) enak atau
nyaman; (3) terkendali (kita memakai busana bukan busana memakai kita).
Dari ketiga prinsip tersebut
dapat kita simpulkan bahwa penampilan busana kita haruslah dapat memperjelas
apa yang hendak disampaikan dan bukan sebaliknya membuat bingung hadirin.
2. Gerakan Tubuh dan Tangan.
Gerakan tubuh dan tangan
haruslah dapat membuat hadirin lebih jelas menangkap maksud si pembicara.
Pembicara melakukan “moving”; “acting” hanyalah semata-mata untuk
memperjelas apa yang dikatakannya. Dengan demikian gerakan yang terlalu
berlebihan akan sangat mengganggu penampilannya. Sebaliknya, gerakan yang
monoton atau tidak ada gerakan sama sekali akan membuat hadirin mengantuk.
Perasaan nervous sering
mendorong seseorang menggerakkan tubuh dan wajahnya secara tidak wajar.
Perasaan ini mendorong orang kadang terlihat overacting dan sebaliknya terlihat minder. Gerakan tubuh dan tangan
haruslah nampak anggun, wajar dan spontan, serta dapat membantu memperjelas dan
menekankan ide yang ingin disampaikan serta sesuai dengan hadirin.
3.
Kontak Mata
Kira-kira
75% dari komuniksi non verbal dilakukan dengan wajah kita. Jika penting kita
belajar menggunakan otot-otot wajah kita untuk mengungkapkan apa yang kita
kehendaki dengan tepat. Bola mata memang tidak mengekspresikan emosi, tetapi
dengan memanipulasi bola mata dan wajah sekelilingnya, terutama kelompok mata
atas dan alis, kita dapat menangkap pesan-pesan non verbal yang disampaikan.
Begitu pentingnya kontak mata, sehingga ada pepatah mengatakan bahwa mata
adalah “jendela jiwa kita’.
Cara yang tercepat untuk
menciptakan komunikasi dengan pendengar adalah lihatlah mata mereka dengan
bersahabat. Idealnya berbicara di depan publik 80% sampai 90% dari waktu
pembicaraan, haruslah melihat audience. Akan tetapi, tidaklah cukup hanya
dengan melihat saja, melainkan bagaimana cara memandang itupun sangat penting.
Pandangan yang kosong meskipun melihat mata lawan bicara, juga hampir sama
jeleknya dengan tidak melakukan kontak mata sama sekali. Demikian juga
pandangan mata yang dingin, kaku, dan sombong.
Mata harus memancarkan rasa
percaya diri, kesungguhan, jujur dan bersahabat. Mata harus mengatakan “saya
senang berbicara di depan anda; saya benar-benar jujur dengan apa yang saya
katakan dan saya ingin andapun demikian”.
Melatih Teknik
Berbicara di Depan Umum
- Latihlah berbicara dengan membaca outline. Berbicaralah dengan keras dan melihat apakah setelah outline itu disampaikan dalam bentuk pidato menjadi terlalu pendek atau terlalu panjang. Apakah point-point utamanya sudah jelas?
- Apakah point-point pendukungnya jelas, meyakinkan, menarik? Apakah pendahuluan dan penutupnya sudah nampak? Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat memperbaiki pidato kita sedikit demi sedikit.
- Persiapkan outline apa yang akan dibicarakan dengna memperbaiki outline yang sudah dibuat sebelumnya. Pastikan bahwa outline tersebut sesingkat mungkin, dan dapat dibaca dengan jelas kata demi kata.
- Latihlah pidato anda dengan keras beberapa kali. Jangan khawatir anda membuat kesalahan. Yang penting adalah konsentrasikan diri anda pada ide utama dan jangan menghafal kata demi kata.
Kemudian
mulailah dengan memulas dan memperbaiki penampilan berpidato. Latihlah di depan
kaca untuk melihat kontak mata anda. Juga seandainya memungkinkan latihlah
dengan merekamnya untuk melihat ekspresi suara anda. Anda akan dapat manfaat
jika ada orang lain yang dapat memberi komentar.
Memang
untuk mendapatkan hasil yang maksimal hilangkanlah rasa malu, segan dan gengsi
karena berbicara di depan umum adalah ketrampilan biasa dan seni dan bukan
suatu ilmu yang hanya dipelajari tanpa dipraktekan.
Berbicara
di depan umum sama seperti naik sepeda yang akan menjadi terbiasa karena volume
berbicara yang bertambah. Latihanlah yang kemudian menjadi kunci utamanya. Latihan bahasa tubuh dan ekspresi wajah
adalah seperti memasak makanan.
Kita
haruslah mencampur dengan komposisi yang tepat dan memasaknya dengan baik.
Biaya Pelatihan Public Speaking di Abhiseka : 700 Ribu
Materi Pelatihan Public Speaking : Komunikasi Efektif & Teknik Presentasi, Ekspresi Suara, Performance, MC & Pembawa Acara, Latihan-latihan, 4 Minggu, 17.00-20.00 WIB, 30' Break
1 Minggu 2 Kali Pertemuan setiap hari Selasa dan Kamis Jam 17.00 - 20.00 WIB
Copyright,
Bahan Serahan Pelatihan Public Speaking
ABHISEKA TRAINING CENTER
Jl. Ipda Tut Harsono No. 26 Yogyakarta 55165 Telp. 0274 566777, 566759
Silahkan Donasi melalui Dana, Ovo, GoPay dan Link Aja melalui link berikut :
0 comments:
Post a Comment