Tuesday, 25 August 2015

Materi Public Speaking

Materi Pelatihan Public Speaking



Setiap orang memiliki kemampuan untuk berbicara didepan orang banyak, namun ketika seseorang diminta untuk tampil berbicara didepan umum Ia mengalami demam panggung, cara penyampaian kurang meyakinkan sehingga mengakibatkan persepsi audiens tidak sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, upaya mempersiapkan dan melatih diri untuk mampu tampil berbicara didepan umum dengan baik, merupakan bagian keberhasilan berkomunikasi seseorang.





PUBLIC SPEAKING


Ketika akan memulai berbicara di depan umum, baik sebagai MC, Presenter atau apa saja yang menuntut kita berbicara di depan umum, kita biasanya berpikir “Apakah aku harus menggebu-gebu atau pelan-pelan?” “Dimanakah aku harus berdiri?” “Bagaimanakah gerakan yang harus aku lakukan?” “Harus cepat atau pelankah aku akan berbicara?”  “Bagaimana kalau aku berbuat kesalahan?”  “Kapan aku harus berhenti?” dan lain sebagainya.  Pertanyaan ini muncul biasanya dari ketidakpercayaan diri. Kepercayaan diri dalam berbicara di depan umum memang tergantung dari kebiasaan. Meskipun demikian, mengetahui bagaimana kita menampilkan diri akan membantu  kita memperoleh kepercayaan diri.
Berbicara di depan umum menuntut pembicara menampilkan dirinya dengan baik karena pada kesempatan itulah dirinya menjadi pusat perhatian. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: Bagaimanakah penampilan yang baik itu? 
Penampilan yang baik dalam presentasi, berpidato, atau memimpin acara adalah penampilan yang dapat membuat hadirin dapat menangkap pikiran-pikiran yang dikemukakan pembicara dengan jelas, menarik dan tidak “mengganggu” hadirin dalam memahami apa yang disampaikan pembicara.  Seandainya pembicara bergumam, tidak berdiri dengan tenang, melihat ke luar jendela, atau berbicara monoton, maka pastilah apa yang ingin disampaikan pembicara sulit ditangkap hadirin. Hadirin juga akan sulit menangkap misi yang disampaikan jika penyampaiannya terlalu berlebih-lebihan baik dengan gerakan-gerakan dan suara yang sangat dramatis.
Sebagaian besar hadirin akan lebih menyukai penyampaian yang mengkombinasikan antara unsur-unsur penyampaian yang formal dan yang biasa dilakukan dalam bercakap-cakap, yaitu langsung, spontan, dan antusias.
Metode Penyampaian
Metode penyampaian merupakan faktor yang penting dalam presentasi, pidato, atau pembawa acara. Ada empat cara penyampaian yaitu:
·      berbicara dengan membaca naskah
·      berbicara berdasar hafalan teks yang disiapkan
·      berbicara tanpa persiapan
·      berbicara dengan catatan pokok pembicaraan
Berbicara dengan membaca naskah, biasanya dilakukan pada upacara-upcara yang sangat resmi atau karena waktu yang sangat berharga.  Dengan demikian ketepatan dari kata per kata menjadi kunci utama. Meskipun demikian, cara penyampaian haruslah diusahakan wajar seperti percakapan biasa. Karena sifatnya yang resmi seorang MC, misalnya, membaca dari teks yang sudah disiapkan. Makin resmi suatu acara, maka makin besar tuntutan seorang MC untuk ketepatan berbicaranya.
Berbicara berdasar hafalan tidak banyak dilakukan orang lagi. Dalam memakai metode ini speaker harus betul-betul hafal dan harus nampak wajar seperti berkomunikasi.
Berbicara dengan tanpa persiapan biasanya dilakukan dalam pertemuan bisnis, menjawab pertanyaan, dll. Kelemahan metode ini adalah dalam masalah strukturnya, karena mengorganisasi apa yang diucapkan dalam waktu yang mendesak memang cukup sulit.
Berbicara dengan catatan kecil, outline, atau pokok-pokok pembicaraan saja, memberikan kondisi yang komunikatif. Memang terlihat sulit tetapi metode ini adalah metode yang paling mudah dalam menciptakan output yang baik karena metode ini memungkinkan kita mengorganisasikan pikiran kita, menciptakan suasana yang lebih formal, dapat beradaptasi dengan keadaan, tidak kaku.

Ekspresi Suara
Setiap orang mempunyai karakter suara yang berbeda-beda dan masing-masing memberi keunikannya sendiri-sendiri. Meskipun pembicara memberikan ciri-ciri khasnya ada kriteria umum yang disukai orang dan menarik.  Jadi dapat dikatakan bahwa salah satu aspek dari keberhasilan berbicara di depan umum adalah suara kita.  Ekspresi suara harus diperhatikan oleh pembicara adalah:
  1. Volume. Pada masa sekarang ini loud speaker sangat membantu penampilan suara kita sehingga kita tidak terlalu sulit menyesuaikan suara kita.
  2. Intonasi. Mengutarakan apa yang ada dalam pikiran kita tidaklah hanya memperhatikan kata-kata yang meluncur dari mulut kita saja. Intonasi adalah faktor yang sangat penting dalam menjalin komunikasi dengan hadirin. Dari intonasilah pembicara akan nampak kaku, tidak percaya diri, sombong, malas, seperti anak-anak, senang, bosan, dinamis, menyenangkan dsb.
  3. Ritme atau tempo bicara. Kecepatan berbicara seseorang merupakan hal yang penting dalam berpidato. Agar efektif, pembicara haruslah menyesuaikan ritme berbicaranya dengan hadirin, suasana yang ingin diciptakan, dan kata-kata yang ingin ditekankan, dan materi yang disampaikan.
  4. Pause.  Meskipun pause atau berhenti ketika berbicara tidak nampak penting, tetapi faktor ini yang dapat memberikan kesan mampu dan tidaknya seseorang berbicara.  Tidak ada orang yang berbicara tanpa berhenti, seseorang pasti berhenti tetapi yang menjadi masalah adalah pembicara haruslah tahu kapan dia dapat berhenti. Yang penting diingat adalah mengusahakan menghilangkan filler ketika berhenti.  Meskipun yang tersulit dalam public speaking adalah menghilangkan filler tetapi jika terus berlatih filler tersebut akan hilang.
  5. Artikulasi. Artikulasi sangat dipengaruhi oleh budaya suatu daerah. Artikulasi dalam berpidato atau presentasi tidaklah seketat artikulasi dalam ke-MC-an. Meskipun demikian, pembicara harus memperhatikan artikulasinya karena menunjukkan kejelasan dan kerapian berbicara.


Aspek Non-Verbal
(Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh)

“Men trust their ears less than their eyes” kata ahli sejarah Yunani, Herodotus, kurang lebih 2400 tahun yang lalu. Disini dapat berarti bahwa seandainya gerak-gerik tubuh tidak sesuai dengan apa yang dikatakan maka orang akan lebih percaya bahasa tubuhnya daripada kata-katanya.
Presenter pemula biasanya bingung dan cemas bagaimana dia akan membawakan dirinya.  Dia terutama akan bingung dimana dia akan menaruh tangannya. Yang sering terjadi adalah dia akan menaruh tangannya disaku. Orang boleh-boleh saja merasa nervous tetapi dia tidak dapat menampakkan kenervousan tersebut. Pembicara haruslah nampak tenang, percaya diri dan gaya. Jadi pembicara tidaklah hanya cukup tahu apa yang hendak dikatakannya tetapi juga tahu bagaimana dia mengungkapkannya.

Penampilan non-verbal ditunjukkan dengan penampilan:

1.      Penampilan Busana,
Yang termasuk aksesoris, sepatu, rambut. Aspek non verbal ini dan dapat disebut dengan “bahasa’ artifactual. Meskipun sifatnya semu dan seolah-olah bukan merupakan bagian dari diri pembicara, tetapi pengaruh terhadap hadirin begitu besar. Yang paling penting dalam masalah berbusana ini, kita tahu kapan dan dalam kesempatan apa kita berbicara karena busana selalu harus menyesuaikan kesempatannya, waktu, hadirin, dan kesan yang ingin kita dapatkan dengan busana tersebut.
Dalam berbusana, seseorang haruslah tahu prinsip berbusana untuk berbicara di depan umum adalah “common sense” dan “achieving good taste”.  Dalam meraih kesan tersebut orang haruslah nampak: (1) percaya diri; (2) enak atau nyaman; (3) terkendali (kita memakai busana bukan busana memakai kita).
Dari ketiga prinsip tersebut dapat kita simpulkan bahwa penampilan busana kita haruslah dapat memperjelas apa yang hendak disampaikan dan bukan sebaliknya membuat bingung hadirin.
2.      Gerakan Tubuh dan Tangan. 
Gerakan tubuh dan tangan haruslah dapat membuat hadirin lebih jelas menangkap maksud si pembicara. Pembicara melakukan “moving”; “acting” hanyalah semata-mata untuk memperjelas apa yang dikatakannya. Dengan demikian gerakan yang terlalu berlebihan akan sangat mengganggu penampilannya. Sebaliknya, gerakan yang monoton atau tidak ada gerakan sama sekali akan membuat hadirin mengantuk.
Perasaan nervous sering mendorong seseorang menggerakkan tubuh dan wajahnya secara tidak wajar. Perasaan ini mendorong orang kadang terlihat overacting dan sebaliknya terlihat minder. Gerakan tubuh dan tangan haruslah nampak anggun, wajar dan spontan, serta dapat membantu memperjelas dan menekankan ide yang ingin disampaikan serta sesuai dengan hadirin.



3.      Kontak Mata
Kira-kira 75% dari komuniksi non verbal dilakukan dengan wajah kita. Jika penting kita belajar menggunakan otot-otot wajah kita untuk mengungkapkan apa yang kita kehendaki dengan tepat. Bola mata memang tidak mengekspresikan emosi, tetapi dengan memanipulasi bola mata dan wajah sekelilingnya, terutama kelompok mata atas dan alis, kita dapat menangkap pesan-pesan non verbal yang disampaikan. Begitu pentingnya kontak mata, sehingga ada pepatah mengatakan bahwa mata adalah “jendela jiwa kita’.
Cara yang tercepat untuk menciptakan komunikasi dengan pendengar adalah lihatlah mata mereka dengan bersahabat. Idealnya berbicara di depan publik 80% sampai 90% dari waktu pembicaraan, haruslah melihat audience. Akan tetapi, tidaklah cukup hanya dengan melihat saja, melainkan bagaimana cara memandang itupun sangat penting. Pandangan yang kosong meskipun melihat mata lawan bicara, juga hampir sama jeleknya dengan tidak melakukan kontak mata sama sekali. Demikian juga pandangan mata yang dingin, kaku, dan sombong.
Mata harus memancarkan rasa percaya diri, kesungguhan, jujur dan bersahabat. Mata harus mengatakan “saya senang berbicara di depan anda; saya benar-benar jujur dengan apa yang saya katakan dan saya ingin andapun demikian”.

Melatih Teknik Berbicara di Depan Umum

  1. Latihlah berbicara dengan membaca outline. Berbicaralah dengan keras dan melihat apakah setelah outline itu disampaikan dalam bentuk pidato menjadi terlalu pendek atau terlalu panjang. Apakah point-point utamanya sudah jelas?
  2. Apakah point-point pendukungnya jelas, meyakinkan, menarik?  Apakah pendahuluan dan penutupnya sudah nampak? Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat memperbaiki pidato kita sedikit demi sedikit.
  3. Persiapkan outline apa yang akan dibicarakan dengna memperbaiki outline yang sudah dibuat sebelumnya. Pastikan bahwa outline tersebut sesingkat  mungkin, dan dapat dibaca dengan jelas kata demi kata.
  4. Latihlah pidato anda dengan keras beberapa kali. Jangan khawatir anda membuat kesalahan. Yang penting adalah konsentrasikan diri anda pada ide utama dan jangan menghafal kata demi kata.
Kemudian mulailah dengan memulas dan memperbaiki penampilan berpidato. Latihlah di depan kaca untuk melihat kontak mata anda. Juga seandainya memungkinkan latihlah dengan merekamnya untuk melihat ekspresi suara anda. Anda akan dapat manfaat jika ada orang lain yang dapat memberi komentar.

Memang untuk mendapatkan hasil yang maksimal hilangkanlah rasa malu, segan dan gengsi karena berbicara di depan umum adalah ketrampilan biasa dan seni dan bukan suatu ilmu yang hanya dipelajari tanpa dipraktekan.
Berbicara di depan umum sama seperti naik sepeda yang akan menjadi terbiasa karena volume berbicara yang bertambah. Latihanlah yang kemudian menjadi kunci utamanya.  Latihan bahasa tubuh dan ekspresi wajah adalah seperti memasak makanan.
Kita haruslah mencampur dengan komposisi yang tepat dan memasaknya dengan baik.

Biaya Pelatihan Public Speaking di Abhiseka : 700 Ribu
Materi Pelatihan Public Speaking : Komunikasi Efektif & Teknik Presentasi, Ekspresi Suara, Performance, MC & Pembawa Acara, Latihan-latihan, 4 Minggu, 17.00-20.00 WIB, 30' Break
1 Minggu 2 Kali Pertemuan setiap hari Selasa dan Kamis Jam 17.00 - 20.00 WIB


Copyright,

Bahan Serahan Pelatihan Public Speaking 
ABHISEKA TRAINING CENTER
Jl. Ipda Tut Harsono No. 26 Yogyakarta 55165 Telp. 0274 566777, 566759


Silahkan Donasi melalui Dana, Ovo, GoPay dan Link Aja melalui link berikut :



0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More