MODAL MENJADI PRESENTER TELEVISI
Oleh Ibnu Novel Hafidz
Dunia presenter televisi adalah dunia yang dinilai oleh sebagian besar orang memiliki citra tinggi dan terhormat. Citra tersebut terbentuk karena anggapan bahwa presenter televisi adalah sosok manusia yang mendekati kesempurnaan, andai dia wanita, akan dibayangkan sosok yang cantik, ayu, berperawakan indah, mempesona, anggun dan menarik. Bila dia seorang laki-laki, bayangan kita adalah seorang laki-laki yang gagah, tampan, rupawan, atletis, pintar, cerdas dan berpengetahuan luas. Citra tersebut menimbulkan profesi presenter televisi menjadi dambaan hampir setiap orang, terutama kawula muda. Bagaimana tidak, mereka tampak begitu gagah, tampak cantik, menarik, pintar, cerdas dan percaya diri ketika tampil dilayar televisi menyampaikan berita atau membawakan sebuah acara, dikenal dan ditonton banyak orang, bahkan menjadi pujaan, sehingga dunianya terasa begitu indah dan menyenangkan.
Presenter hampir sama kedudukannya dengan seorang artis. Yang membedakan adalah, jika artis dapat berperan sebagai orang lain melalui serangkaian tokoh, baik tokoh antagonis maupun protagonis, presenter hanya dapat memainkan peran-peran protagonis atau yang baik-baik saja. Presenter tidak dapat muncul dengan perilaku jahat atau kurang baik. Tugas presenter adalah memberikan informasi dan menghibur, informasi tersebut harus dapat dipercaya, sedangkan artis hanya cenderung menghibur saja. Apa jadinya jika presenter tampak jahat ?
MODAL MENJADI PRESENTER TELEVISI
Menjadi seorang presenter televisi sebenarnya tidaklah sesukar yang kita bayangkan. Secara umum, syarat menjadi presenter televisi dapat dipenuhi oleh sebagian besar kawula muda, yaitu:
1. Berpendidikan & Pengetahuan yang luas
Kawula muda di Indonesia saat ini sudah mempunyai pendidikan yang tinggi, rata-rata berpendidikan sarjana dan memiliki pengetahuan yang memadai, disamping itu, mau berkembang dan meningkatkan diri. Idealnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, Ia akan lebih dapat berpikir secara kritis dan sistematis, meski tidak menutup kemungkinan seorang tamatan SLTA dapat lebih cepat tanggap, lebih cerdas dan berbakat dibanding seseorang yang menyandang title sarjana. Hal tersebut merupakan modal dasar menjadi presenter televisi.
Menjadi seorang presenter televisi tidaklah harus berbasis pendidikan di dunia televisi atau komunikasi, dari disiplin ilmu apapun, asal dapat menyesuaikan dengan dunia kerja televisi, Ia dapat menjadi presenter televisi, justru dari basis pendidikan dan keahlian yang bermacam-macam inilah, acara televisi dapat beraneka ragam, sebagai contoh : presenter yang memiliki basis pendidikan dan keahlian dibidang pertanian, tentu akan sangat menguasai dan cocok menjadi presenter acara-acara pertanian, begitu pula politik, hukum, kesehatan, kesenian dan lain sebagainya.
2. Penampilan Fisik & Suara yang enak didengar
Televisi sebagai media audio visual, penampilan fisik presenter menjadi penting artinya. Seorang presenter tidak harus memiliki wajah yang cantik bak foto model atau ganteng seperti peragawan. Wajah-wajah seperti itu bisa-bisa malah membuat penonton terkagum-kagum sehingga tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh presenter tersebut. Namun apabila seorang presenter televisi memiliki kekurangan fisik dalam penampilannya, akan menimbulkan cacian pribadi dari penontonnya. Idealnya presenter harus memiliki wajah yang simpatik dan pantas untuk tampil dikamera, menurut Ishadi SK, Presenter televisi harus memiliki penampilan yang tv genic.
Untuk itu memiliki wajah yang simpatik, orang yang akan menekuni dunia presenter televisi harus berusaha menjaga penampilannya dan mensiasati hal-hal yang dapat mengganggu penampilannya, seperti: riasan wajahnya, tata rambut, busana, sorot mata, senyuman, suara, dan sebagainya.
Suara sangat berperan penting dalam penampilan presenter televisi. Suara yang enak didengar akan mempermudah penonton menerima informasi yang disampaikan. Semua orang memiliki suara, tetapi tidak semua orang memiliki suara yang enak didengarkan. Orang memiliki kualitas suara yang berbeda-beda, ada yang merdu, tinggi melengking, sengau, berat, menakutkan dan sebagainya. Masing-masing suara akan menimbulkan kesan bagi pendengarnya.
Jenis-jenis suara yang kurang enak didengar adalah suara yang melengking tinggi, sehingga terkesan capai dan lelah kalau mendengarnya, selain itu, suara yang berat menimbulkan kesan menakutkan, namun jenis-jenis suara tersebut kadang justru bisa menjadi daya tarik bila mampu mengolahnya dan didukung oleh teknik pembawaanya, seperti Cut Mini yang memiliki jenis suara tinggi dan melengking, namun dengan pembawaannya yang kocak, cerewet dan manja, Cut Mini dapat disukai penonton ketika membawakan acara.
Presenter hendaknya dapat memiliki kontrol volume dan pitch yang sempurna, artikulasi, stressing, intonasi yang jelas, mempunyai nafas dan stamina membaca yang panjang, sehingga menghasilkan suara yang empuk, enak didengar dan meyakinkan, untuk itu dibutuhkan ketekunan berlatih olah vokal dan pernafasan.
3. Sehat Jasmani, Rohani dan Berkepribadian
baik
Profesi
presenter televisi menuntut ketahanan fisik dan mental, karena seorang
presenter televisi dituntut bekerja 24 jam, dan sebagai public figur, presenter televisi akan menjadi pusat
perhatian. Berjuta-juta penonton akan memperhatikan dirinya, baik ketika sedang
tampil di televisi maupun di tempat umum, dia bahkan akan menjadi idola dan pujaan. Sebaliknya, dia bisa menjadi figur yang menyebalkan yang tidak
dimaui penonton bila kepribadiannya buruk. Keduanya, baik cacian maupun pujian
memiliki makna yang sama, untuk menghadapinya dibutuhkan ketahanan mental. Pada
hakekatnya kritikan dan cacian adalah pil pahit yang apabila tepat
pemakaiannya, ia bisa menjadi obat. Sebaliknya pujian tidak kurang membahayakan dari pada cacian apabila pujian
terlalu banyak diberikan, dia bisa berakibat seperti suntikan morfin yang
membuat orang hanya mencintai dirinya sendiri dan hidup dalam bayangan semu.
Karena itu, presenter televisi harus mempunyai kepribadian yang kuat. Syarat ini tidak kalah penting, bahwa
seorang presenter televisi dituntut mempunyai kehidupan pribadi yang baik.
Seseorang yang mempunyai latar belakang
atau kehidupan pribadinya tidak baik dimata masyarakat, dapat dipastikan
kemunculannya akan menghambat berhasilnya misi komunikasi yang diembannya.
Disamping kehidupan pribadi, didepan
kamera seorang presenter tidak dapat menyembunyikan dan menutupi watak pribadi
yang sesungguhnya, apakah dia berkepribadian angkuh, biasa meremehkan lawan
bicara, ataukah dia seorang yang penuh atensi.
Melihat
persyaratan diatas, sepertinya tidak ada hambatan untuk menjadi seorang
presenter televisi. Karena hal-hal tersebut dimiliki oleh sebagaian besar
manusia, tinggal bagaimana melatih dan mengembangkannya.
Yang
menjadi kendala untuk menjadi presenter televisi di Indonesia adalah peluang
dan kesempatan. Peluang dan kesempatan menjadi presenter televisi saat ini
memang sangatlah kecil, karena terbatasnya jumlah stasiun televisi, terutama di
daerah. Bagi yang hidup didaerah hanya dapat berkiprah di televisi daerah,
yaitu TVRI. Namun perkembangan ke depan, dapat dipastikan stasiun penyiaran
televisi akan tumbuh pesat, bahkan akan didukung oleh munculnya rumah-rumah
produksi/ productions house. Keberadaan
rumah produksi ini patut dicatat,
karena seseorang dapat menjadi presenter televisi tanpa harus menjadi karyawan
stasiun televisi dimana presenter tampil di layar televisi tersebut, seperti
Dian Nitami, Dian menjadi presenter Video Musik Indonesia (VMI) karena ia
dikontrak di PT CUT, productions house yang memproduksi acara
VMI, Sony Tulung dalam Family 100 dan Isam Surentu dalam Komunikata dari
Persons Television, Vanny Rahmasari – Cek & Ricek dari PT. BAM dan masih
banyak lagi.
Selain
persyaratan diatas yang merupakan persayaratan umum, jalan menjadi seorang
presenter televisi, dapat dilalui dengan mengembangkan kemampuan-kemampuan lain
atau memiliki kecakapan lain yang dapat mengangkat kredibilitas pribadi. Banyak
presenter-presenter ternama yang sukses menjadi presenter karena kecakapannya,
seperti Sony Tulung, Undang Suhendar, Erwin Parengkuhan, Becky Tumewu, Ferdi
Hasan, Meutia Kasim, Ulfa Dwiyanti, mereka mengawalinya dari dunia presenter
radio. Ada yang memulainya dari profesi
menyanyi seperti Ronny Sianturi, Ricky Johanes, Bob Tutupoly dan Lusy AB Three,
Iwa K, ada yang berangkat dari dunia model & peragawati seperti Lulu
Dewayanti, Alya Rochali, Cindy Fatikasari, Sarah Sechan dan Sarah Darmawan,
dari dunia teater ada Butet Kartaredjasa dan Emha Ainun Nadjib, dari dunia film
ada Nurul Arifin dan Ira Wibowo, dari dunia wartawan ada Mayong Suryo Leksono,
dunia olah raga ada Yuni Kartika, dari dunia politik ada Ikhsanudin Noorsy dan
Wimar Witoelar, dan masih banyak lagi. Kecakapan- kecakapan tersebut dapat
digali dan dikembangkan tidak harus di kota besar, karena di daerah pun sarana
tersebut banyak tersedia.
Melihat
begitu banyak aspek yang dapat dijadikan modal menjadi presenter televisi serta
kesempatan untuk mengembangkannya yang terbuka lebar, rasanya tidak perlu ragu
lagi menapaki jalan menjadi presenter televisi, jika itu profesi yang kita
inginkan.
Silahkan Donasi melalui Dana, Ovo, GoPay dan Link Aja melalui link berikut :