Monday, 15 April 2013

Sejarah Public Relation




Awal public relation pertama sekali muncul dapat dilacak melalui peradaban-peradaban besar di masa lalu, seperti Babylonia, Mesir, Yunani kuno, dan Romawi. Teknik-teknik yang biasa digunakan dalam PR sekarang sudah digunakan oleh raja atau pemuka agama dahulu kala untuk membujuk warganya agar menerima otoritas mereka, di antaranya melalui komunikasi interpersonal, pidato, seni, sastra, pertunjukan-pertunjukan, publikasi, dan sebagainya.
Pada abad-abad setelah Masehi teknik-teknik serupa juga digunakan oleh pemimpin agama, raja, penjelajah, dan pedagang. Pada abad ini ide menggunakan segala bentuk dan media komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain bukanlah hal yang baru. Hal tersebut dibuktikan melalui pemakaian kata propaganda yang sering dihubungkan dengan PR yang pertama sekali digunakan di abad ke-17 oleh gereja Katolik yang ditandai dengan pendirian College of Propaganda oleh Paus Gregory XV yang bertujuan untuk melatih misionaris-misionaris yang akan dikirim ke luar negeri.
Publik relation modern muncul melalui perkembangan tiga fungsi utama PR, yaitu agen pemberitaan, publisitas, dan konseling. Tokoh-tokoh pahlawan dalam mitologi atau sejarah digunakan untuk menarik perhatian orang. Pada abad 19, para pebisnis maupun politikus di Amerika menggunakan tokoh-tokoh fiktif maupun nyata, seperti John Henry, Daniel Boone, Davy Crockett, Buffalo Bill, Annie Oakley, dan sebagainya untuk mempengaruhi dan menarik perhatian publik. Tokoh yang dianggap master of pseudoevent adalah PT Barnum, seorang pemilik sirkus di Amerika pada abad 19.
Perang Dunia I dan II juga ikut berpengaruh dalam perkembangan PR. Menjelang masuknya Amerika dalam Perang Dunia I, pemerintah AS mendirikan Creel Committee, sebuah komite yang bertugas menyebarluaskan ide-ide nasionalisme di kalangan rakyat Amerika dan mempengaruhi opini publik dunia tentang perlunya perdamaian dan demokrasi dalam hubungan antar bangsa. Selama Perang Dunia II, pemerintah Amerika mendirikan Office of War Information (OWI), suatu badan yang tujuan utamanya menggalang dukungan rakyat Amerika dan dunia untuk memenangkan perang. Dalam perkembangan selanjutnya, PR menjadi bagian yang sangat penting dalam dunia bisnis, politik maupun sosial.  Beberapa tokoh pelopor public relation Amerika selain Ivy Lee, antara lain adalah Benjamin Sonnenberg, Rex Harlow, dan Leone Baxter.
Di Jerman, awal PR modern dapat dilacak melalui dokumen yang ditulis oleh Alfred Knupp, pendiri Krupp Company, tahun 1866, berisi gagasan tentang komunikasi antara perusahaan dengan publik melalui media masa (koran) dan perlunya suatu badan atau orang dalam perusahaan yang mengelola masalah ini.  Usaha tersebut direalisasikan Friederich Alfred Knupp, putra Alfred Knupp pada 1983 dengan mendirikan suatu biro pemberitaan yang kemudian menjadi bagian dari manajemen perusahaan. Kesuksesan Alfred Knupp ini kemudian diikuti oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Perkembangan PR di Inggris dipelopori oleh Marconi Company yang mendirikan sebuah departemen pada 1910 yang bertugas memberikan press release tentang pencapaian perusahaan. Konseling PR profesional yang pertama dikenalkan pada 1924 dengan mendirikan Editorial Services Ltd. Dua media yang sangat penting dalam perkembangan public relation di Inggris adalah Reuter dan British Broadcasting Company (BBC). Di Australia, public relation pertama sekali dikenalkan Jenderal Douglas MacArthur pada 1942. Staf-staf yang terampil dan terlatih dipekerjakan untuk menyebarkan citra dan kebijakan perang MacArthur. Perkembangan industri ikut memicu berdirinya Public Relation Institue of Australia (PRIA) tahun 1960.
Profesi public relation di Indonesia mulai dikenal sekitar tahun 1950-an, pada saat itu negara Indonesia baru saja bebas dari penjajahan Belanda. Dalam dekade-dekade selanjutnya, perkembangan PR di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat, terutama pada 1970-an dan 1980-an ketika situasi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Perusahaan-perusahaan besar dengan manajemen modern, baik asing maupun domestik banyak bermunculan. Demikian pula dengan perusahaan-perusahaan layanan jasa, seperti bank, asuransi, transportasi, dan sebagainya. Situasi ini memberikan lahan subur bagi profesi PR.
Pada dekade 1990-an (dan memasuki dekade pertama abad XXI) profesi PR berperan semakin menentukan, baik dalam dunia bisnis maupun sosial politik. Hampir semua lembaga atau organisasi yang dikelola secara modern, pastilah memanfaatkan jasa profesi PR. Bahkan, dapat dikatakan bahwa di balik kesuksesan sebuah perusahaan, pasti terdapat barisan PR yang ulet dan andal. PR dipandang sebagai profesi yang menantang sekaligus menjajikan sehingga membuat profesi PR sebagai jabatan yang banyak diminati orang. Bahkan, dalam dekade terakhir ini pertumbuhan dan perkembangan PR banyak dibutuhkan dan diminati juga oleh lembaga/institusi/industri sehingga tidak dapat disangkal, bahwa perusahaan-perusahaan besar yang sukses, selalu didukung oleh upaya, dan kiat serta kegiatan PR-nya. Imbasnya, lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan PR tumbuh dengan marak, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil. 

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More