Album Photo Ke-1

Contoh Portofolio kami,, persiapan shooting film FTV.

Album Photo Ke-2

Shooting acara pelatihan di Abhiseka,,Pelatihan Public Speaking Angkatan Ke-49.

Album Photo Ke-3

Penutupan Pelatihan Public Speaking Angkatan Ke-51,,Pelatihan di Abhiseka Training Center,,Jalan Ipda Tut Harsono No. 26 Yogyakarta.

Album Photo Ke-4

Menerima Copy CD/DVD dan Video Shooting, Service Komputer PC maupun Notebook dengan Harga Murah Meriah, untuk Wilayah Jogjakarta Hubungi 081 8080 11944.

Ini Album Photo Ke-5

Kami juga melayani pembuatan Video Company Profile, film Dokumenter, Video Klip, Jasa pembuatan Iklan, dll

Monday, 29 April 2013

ENTREPRENEURSHIP

ENTREPRENEURSHIP/KEWIRASWASTAAN/KEWIRAUSAHAAN




Rabu, 15/12/2004

Social Entrepreneur
Oleh: Rhenald Kasali
Every change begins with a vision and a decision to take action”. Demikian kata David Bornstein. Cara pandang itu tentu bukan hanya ada di kepala para usahawan, melainkan juga para relawan yang berjuang dengan penuh dedikasi. Munir, Romo Mangun, Anton Sudibyo (Yayasan Dian Desa), Bambang Ismawan (Ketua Yayasan Bina Swadaya), sampai Bunda Theresa, Bill Drayton (pendiri Ashoka: Innovator for the Public, di 46 negara), Jeroo Billimonia (pendiri jaringan pelindung anak-anak yang sedang menderita di India, Childline) dan Muhammad Yunus (pendiri Grameen Bank di Bangladesh yang memberikan pinjaman tanpa jaminan kepada rakyat miskin sebagai modal usaha). Mereka semua layak disebut Social Entrepreneur.

Dalam literatur tentang social change, kendati mereka melakukan perubahan yang sangat mendasar bagi masyarakat, mereka tidak pernah dianggap sejajar dengan Bill Gates atau Henry Ford yang mendatangkan banyak lapangan kerja. Masalahnya, teori-teori perubahan sosial lebih berkonsentrasi pada bagaimana ”ideas move people” daripada bagaimana ”people move ideas”. Jadi bagi mereka, ide adalah segala-galanya. Padahal dunia ini baru akan berubah kalau ada orang yang bergerak, menggerakkan dan memelihara gerakan itu. Itulah yang dilakukan oleh Social Entrepreneur.

Dalam dunia yang sudah penuh sesak, yang diwarnai nilai-nilai kejahatan dan kebencian, ide-ide kemanusiaan biasanya hanya bersembunyi di balik hati sanubari kebanyakan orang. Ketika ide-ide itu dimunculkan oleh satu-dua orang ke atas permukaan, maka ia mengalami jutaan ujian. Ia akan menjadi seperti sebuah usaha yang membutuhkan produser yang hebat dan promotor yang punya keberanian. Sekalipun karya itu sebuah masterpiece, ia tetap akan menghadapi persaingan, yaitu persaingan untuk memperoleh perhatian dan legitimasi. Dengan demikian ada banyak profesional dalam kegiatan sosial, tapi cuma sedikit yang benar-benar berhasil melakukan perubahan. Sebagian besar relawan umumnya kandas di tengah jalan, bubar begitu bantuan asing terputus. Sikap dan cara mereka bekerja, sama dengan birokrat yang gagal melakukan pembangunan.

Saya kira inilah jawabannya mengapa rata-rata birokrat gagal melakukan dan menerapkan social marketing. Untuk menggerakkan social marketing, pertama-tama mereka harus menjadi Social Entrepreneur dengan kepekaan terhadap kemanusiaan. Seperti kata Entrepreneur Thomas Edison, ”If we all did things we are capable of doing, we would literaly astound ourselves.”. Dengan kepekaan terhadap kemanusiaan, kapabilitas pelayanan akan tumbuh dan dari situ mereka akan mengenal apa-apa yang harus dan bisa dilakukan untuk memasarkan ide-ide menjadi sebuah produk sosial yang bermanfaat.

Untuk menjadi Social Entrepreneur setidaknya dibutuhkan enam sikap dasar. Pertama, kesediaan untuk berkorban dan segera bertindak. Pengorbanan bukan cuma harta benda, melainkan juga naluri untuk bersenang-senang, waktu, tenaga dan pikiran. Kedua, kesediaan untuk memulai bekerja dengan diam-diam. Social Entrepreneur memulai karyanya dari hal-hal kecil di daerah yang tidak dikenal. Butet bekerja di pedalaman Sumatera dengan anak-anak suku Kubu. Yayasan Dian Desa berkubang lumpur di desa-desa. Muhammad Yunus bekerja dengan buruh-buruh kasar dan tukang becak di Bangladesh. Biasanya mereka baru dikenal setelah karya-karyanya menjadi kenyataan dan ramai dibicarakan orang.

Ketiga, seperti layaknya seorang wirausaha bisnis, ia harus rela melakukan hal ini; Bekerja dengan energi penuh. Orang yang berenergi penuh ’tak ada matinya’. Ia melakukan banyak hal sekaligus dengan menembus berbagai dinding-dinding penyekat. Ia tak mengenal batas-batas yang dibuat manusia untuk membatasi ruang geraknya. Singkatnya ia bergerak menembus batas-batas disiplin antar bidang.

Keempat, ia menghancurkan ”the established structures”. Ia benar-benar bekerja independent dan tak mau terbelenggu oleh struktur yang seakan-akan mewakili kebenaran. Mereka bisa saja ditemukan di antara pegawai-pegawai pemerintahan atau dosen di universitas, tetapi yang membedakan mereka dengan teman-temannya adalah kebebasannya dalam bertindak dan berpikir. Mereka punya kecerdasan yang luar biasa dalam mengambil jarak untuk melihat ”beyond the orthodoxy” dalam bidang/pekerjaan mereka. Untuk melakukan hal ini, mereka mengambil resiko yang terlihat aneh, bahkan adakalanya dimusuhi oleh kalangan ”the establishment”.

Kelima, kesediaan melakukan koreksi diri. Kewirausahaan sosial sama seperti kewirausahaan bisnis, memerlukan kejernihan berpikir dan sikap-sikap positif. Artinya, kalau suatu langkah tidak bekerja dengan baik, mereka harus rela mengkoreksinya. Pada tahun 1990-an orang-orang sudah meyakini karya besar Muhammad Yunus yang sukses dengan Grameen Bank-nya untuk melayani segmen mikro, tetapi ia melihat tetap ada kelemahan-kelemahan yang merepotkan debitur untuk melunasi hutangnya. Pada tahun 2002, Yunus meluncurkan Grameen Bank II untuk melayani nasabah-nasabah mikro-nya dengan lebih baik lagi.

Yang terakhir adalah kesediaan berbagi keberhasilan. Mereka adalah orang-orang yang rendah hati, yang bekerja dengan prinsip, ”sukses ini bukan karena semata-mata karya Saya.”
Di tangan Social Entrepreneurs, dunia ini menjadi lebih bercahaya. Mereka merubah dunia dengan kasih sayang dan penuh semangat. Ada tangis, tapi juga ada tawa. Tapi lebih dari sekedar berkarya, mereka membangun sebuah kekuatan, yaitu kekuatan perubahan yang berkelanjutan. Andapun bisa melakukannya.

  • Langkah tindakannya selalu berpedoman kepada suatu “tujuan” yang telah ditetapka
  • Langkahnya berdasar kepada destination yang jelas, dan selalu mempertanggungjawabkan setiap tindakan yang diambil.
  •  SILAHKAN DOWNLOAD LINK BERIKUT : ENTREPRENEURSHIP POWERPOINT 

Sunday, 28 April 2013

Materi Public Relations


Permasalahan penting yang dihadapi oleh lembaga-lembaga ekonomi dan bisnis, lembaga-lembaga sosial serta politik saat ini adalah masalah “hubungan” (relationship). Permasalahan ini berkisar pada pertanyaan “bagaimana membangun dan mengembangkan hubungan-hubungan yang baik antara lembaga/organisasi dengan masyarakat (public) demi tercapainya tujuan dari lembaga/organisasi tersebut.

Beberapa tahun belakangan ini, masyarakat makin gencar menerima bombardemen iklan baik itu pengenalan produk serta iming-iming berupa discount, hadiah, undian, atau bentuk-bentuk lain yang menggiurkan, yang disebarluaskan secara canggih lewat iklan-iklan pada media cetak maupun elektronika, poster, spanduk, baliho dan sebagainya. Kegiatan ini sebagaimana sering kita dengar, disebut Hard Promotion. Disebut demikian karena setiap pengusaha selalu giat mencari celah dan kesempatan serta gencar mempengaruhi konsumen lewat perang iklan secara besar-besaran dan didukung dana yang besar pula. Sedangkan PR, dapat dianggap sebagai Soft Promotion; karena tidak secara langsung dan terang-terangan membujuk dan mempengaruhi calon pembeli.

Public Relations berniat menguasai konsumen dan masyarakat pada umumnya melalui Citra yang ditawarkan, yang hasilnya secara kualitas justru akan lebih baik, karena upaya-upaya PR menghasilkan konsumen yang fanatik dan setia terhadap produk suatu industri.  Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila saat sekarang ini jabatan atau profesi PR selalu dijadikan salah satu andalan oleh perusahaan-perusahaan atau industri-industri yang berkembang maju, terlebih-lebih industri jasa misalnya Bank, Asuransi, Transportasi, Akomodasi, dsb.

Beberapa pakar yang berperan dan menyumbang pengembangan Public Relations dengan pelbagai teori, antara lain :

·           Frank Jeffkins : PR consists of all forms of planned communication, Outward ang Inward, between an organization and its public, for the purpose of Achieving objectives concerning Mutual Understanding.

·           JC Scheidel (PR Director Division of Housing State of New York, USA) :PR adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha Manajemen untuk memperoleh Goodwill dan Pengertian dari pelanggannya, Pegawainya dan umum ;  Kedalam : Dengan mengadakan analisa terhadap diri sendiri. Keluar : Dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.

·           Emmerson Reek : PR adalah kelanjutan dari Proses penetapan kebijaksanaan, pelayanan, sikap, yang disesuaikan dengan kepentingan organisasi/institusi yang diwakilinya, untuk memperoleh Kepercayaan dan Goodwill dari Public.

·           Rex Harlow (International Public Relations Association) : PR adalah fungsi manajemen yang Khas, yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan, jalur bersama antara organisasi dan Publik-nya mengenai komunikasi, pengertian dan kerjasama. Melibatkan dan membantu manajemen agar tahu dan tanggap terhadap opini publik, menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen agar melayani publik maupun mendukung manajemen dalam memanfaatkan percobaan secara positif-efektif, menggunakan teknik penelitian dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.
-->

BAGAIMANA PERKEMBANGAN PR DI INDONESIA?

Di Indonesia PR sebagai profesi baru dikenal pada sekitar tahun 1950-an (pada saat itu negara kita baru saja lepas dari masa penjajahan Belanda), kemudian berkembang bahkan pada dasa warsa berikutnya PR mendapat lahan cukup subur sejalan dengan perkembangan perekonomian pada saat itu. Selanjutnya pada dekade 10 berikutnya bahkan dekade terakhir ini, pertumbuhan dan perkembangan PR banyak dibutuhkan dan diminati oleh lembaga/Institusi/Industri.

Profesi PR banyak diincar dan merupakan jabatan menjaring banyak peminat, lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan PR banyak diincar dan merupakan jabatan menjaring banyak peminat, lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan PR tumbuh dengan marak, dan laris. Kemudian, sebagai bukti yang tidak dapat disanggah adalah, bahwa perusahaan-perusahaan besar yang sukses, selalu didukung oleh berkibarnya citra yang berkilauan, berkat upaya, kiat serta kegiatan PR-nya.

Dalam masyarakat kita dikenal 2 (dua) istilah yang konotasinya adalah PR, yaitu :
·         Hubungan Masyarakat disingkat Humas,
·         Public Relations disingkat Purel atau PR.
Dari segi bahasa, keduanya memberi arti yang sama/tidak berbeda. Bedanya (kalau ada) hanya sebatas bahasa saja, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris. Keduanya juga menjalankan fungsi yang sama, yaitu : Sebagai pengelola Arus Komunikasi/Informasi (secara timbal balik), dan fungsi tambahan adalah sebagai pelaksana protokoler. Dalam praktek sehari-hari ternyata terdapat perbedaan, ialah pada PR ada fungsi penting sekali, yaitu

: PR Menunjang Kegiatan Pemasaran

Pada dasarnya seorang Public Relations dalam menunjang keberhasilan mencapai tujuan utama manajemen perusahaan/organisasi yang hendak dicapai, haruslah melalui kerja sama dengan berbagai pihak. Disamping itu harus mempunyai ketrampilan khusus, yaitu:

·         Creator
        Memiliki kreativitas dalam penciptaan suatu gagasan, ide-ide atau buah pikiran yang cemerlang.

·         Conceptor
Mempunyai kemampuan (skill) sebagai konseptor dalam hal penyusunan program kerja kehumasan dan program lainnya.



·         Mediator
Kemampuan menguasai teknik komunikasi, baik  secara lisan maupun tertulis dalam penyampaian pesan informasi dari lembaga/ organisasi yang diwakilinya kepada publik.

·         Problem Solver
Mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya, baik secara pro-aktif, inovatif, dinamis dan solutif.

 

DASAR-DASAR PUBLIC RELATIONS

Kegiatan Public Relations pada hakekatnya adalah kegiatan komunikasi. Tetapi berbeda dengan jenis kegiatan komunikasi yang lainnya, kegiatan komunikasi dalam public relations mempunyai ciri-ciri tertentu, disebabkan karena fungsi, sifat organisasi dari lembaga di mana public relations itu berada dan berlangsung, sifat-sifat manusia yang terlibat, terutama publik yang menjadi sasaran, faktor- faktor eksternal yang mempengaruhi dan sebagainya yang bersifat khas.

Kunci sukses suatu komunikasi, dalam hal ini komunikasi dalam Public Relations, sangat tergantung pada prinsip pelaksanaan komunikasi yang efektif. Dalam kaitannya dengan prinsip komunikasi yang efektif, hal- hal yang perlu diperhatikan dan menjadi pertimbangan kerja seorang PR dalam menjalankan fungsinya adalah:

1.       RUANG LINGKUP PR

·         PR sebagai fungsi Manajerial
·         PR sebagai sarana promosi/pemasaran
·         PR sebagai image builder

2.       ORGANISASI PR

·         Posisi PR dalam struktur Organisasi
·         Peran PR dalam kegiatan pemasaran

3.       SIAPA MITRA PR ?

·         Masyarakat
·         Karyawan
·         Relasi (Instansi/ Asosiasi/ Company, dsb)
·         Para Opinion Leaders

4.       SIAPA PELAKSANA FUNGSI PR ?

Untuk industri jenis apapun, PR harus dilaksanakan dengan baik, oleh :

·         Porter (satpam/ bellboy/ doorman dsb),
·         Resepsionis
·         Customer Service
·         Sekretaris
·         Seluruh staf  pemasaran
·         Staf Public Relations itu sendiri
·         Para Manager
·         General manajer / Direktur, dst.
(Dalam skala pemerintahan, para Dubes pada hakekatnya adalah sebagai PR dalam skala besar)



Dosen Pengajar : Ir. Muslich Zainal Asikin, MBA, MT
 
Materi Lain dapat anda download disini :
https://rapidshare.com/files/2177858025/Dasar_Public_Relations.rar
https://rapidshare.com/files/1281453718/PR_dan_Konflik_di_PT.rar

Monday, 15 April 2013

Sejarah Public Relation




Awal public relation pertama sekali muncul dapat dilacak melalui peradaban-peradaban besar di masa lalu, seperti Babylonia, Mesir, Yunani kuno, dan Romawi. Teknik-teknik yang biasa digunakan dalam PR sekarang sudah digunakan oleh raja atau pemuka agama dahulu kala untuk membujuk warganya agar menerima otoritas mereka, di antaranya melalui komunikasi interpersonal, pidato, seni, sastra, pertunjukan-pertunjukan, publikasi, dan sebagainya.
Pada abad-abad setelah Masehi teknik-teknik serupa juga digunakan oleh pemimpin agama, raja, penjelajah, dan pedagang. Pada abad ini ide menggunakan segala bentuk dan media komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain bukanlah hal yang baru. Hal tersebut dibuktikan melalui pemakaian kata propaganda yang sering dihubungkan dengan PR yang pertama sekali digunakan di abad ke-17 oleh gereja Katolik yang ditandai dengan pendirian College of Propaganda oleh Paus Gregory XV yang bertujuan untuk melatih misionaris-misionaris yang akan dikirim ke luar negeri.
Publik relation modern muncul melalui perkembangan tiga fungsi utama PR, yaitu agen pemberitaan, publisitas, dan konseling. Tokoh-tokoh pahlawan dalam mitologi atau sejarah digunakan untuk menarik perhatian orang. Pada abad 19, para pebisnis maupun politikus di Amerika menggunakan tokoh-tokoh fiktif maupun nyata, seperti John Henry, Daniel Boone, Davy Crockett, Buffalo Bill, Annie Oakley, dan sebagainya untuk mempengaruhi dan menarik perhatian publik. Tokoh yang dianggap master of pseudoevent adalah PT Barnum, seorang pemilik sirkus di Amerika pada abad 19.
Perang Dunia I dan II juga ikut berpengaruh dalam perkembangan PR. Menjelang masuknya Amerika dalam Perang Dunia I, pemerintah AS mendirikan Creel Committee, sebuah komite yang bertugas menyebarluaskan ide-ide nasionalisme di kalangan rakyat Amerika dan mempengaruhi opini publik dunia tentang perlunya perdamaian dan demokrasi dalam hubungan antar bangsa. Selama Perang Dunia II, pemerintah Amerika mendirikan Office of War Information (OWI), suatu badan yang tujuan utamanya menggalang dukungan rakyat Amerika dan dunia untuk memenangkan perang. Dalam perkembangan selanjutnya, PR menjadi bagian yang sangat penting dalam dunia bisnis, politik maupun sosial.  Beberapa tokoh pelopor public relation Amerika selain Ivy Lee, antara lain adalah Benjamin Sonnenberg, Rex Harlow, dan Leone Baxter.
Di Jerman, awal PR modern dapat dilacak melalui dokumen yang ditulis oleh Alfred Knupp, pendiri Krupp Company, tahun 1866, berisi gagasan tentang komunikasi antara perusahaan dengan publik melalui media masa (koran) dan perlunya suatu badan atau orang dalam perusahaan yang mengelola masalah ini.  Usaha tersebut direalisasikan Friederich Alfred Knupp, putra Alfred Knupp pada 1983 dengan mendirikan suatu biro pemberitaan yang kemudian menjadi bagian dari manajemen perusahaan. Kesuksesan Alfred Knupp ini kemudian diikuti oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Perkembangan PR di Inggris dipelopori oleh Marconi Company yang mendirikan sebuah departemen pada 1910 yang bertugas memberikan press release tentang pencapaian perusahaan. Konseling PR profesional yang pertama dikenalkan pada 1924 dengan mendirikan Editorial Services Ltd. Dua media yang sangat penting dalam perkembangan public relation di Inggris adalah Reuter dan British Broadcasting Company (BBC). Di Australia, public relation pertama sekali dikenalkan Jenderal Douglas MacArthur pada 1942. Staf-staf yang terampil dan terlatih dipekerjakan untuk menyebarkan citra dan kebijakan perang MacArthur. Perkembangan industri ikut memicu berdirinya Public Relation Institue of Australia (PRIA) tahun 1960.
Profesi public relation di Indonesia mulai dikenal sekitar tahun 1950-an, pada saat itu negara Indonesia baru saja bebas dari penjajahan Belanda. Dalam dekade-dekade selanjutnya, perkembangan PR di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat, terutama pada 1970-an dan 1980-an ketika situasi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Perusahaan-perusahaan besar dengan manajemen modern, baik asing maupun domestik banyak bermunculan. Demikian pula dengan perusahaan-perusahaan layanan jasa, seperti bank, asuransi, transportasi, dan sebagainya. Situasi ini memberikan lahan subur bagi profesi PR.
Pada dekade 1990-an (dan memasuki dekade pertama abad XXI) profesi PR berperan semakin menentukan, baik dalam dunia bisnis maupun sosial politik. Hampir semua lembaga atau organisasi yang dikelola secara modern, pastilah memanfaatkan jasa profesi PR. Bahkan, dapat dikatakan bahwa di balik kesuksesan sebuah perusahaan, pasti terdapat barisan PR yang ulet dan andal. PR dipandang sebagai profesi yang menantang sekaligus menjajikan sehingga membuat profesi PR sebagai jabatan yang banyak diminati orang. Bahkan, dalam dekade terakhir ini pertumbuhan dan perkembangan PR banyak dibutuhkan dan diminati juga oleh lembaga/institusi/industri sehingga tidak dapat disangkal, bahwa perusahaan-perusahaan besar yang sukses, selalu didukung oleh upaya, dan kiat serta kegiatan PR-nya. Imbasnya, lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan PR tumbuh dengan marak, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil. 

Teknik Penulisan Curriculum vitae

Teknik Penulisan Curriculum vitae

Contoh Ilustrasi Penulisan Curriculum vitae

Menulis lamaran kerja bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan beberapa alasan. Alasan pertama karena begitu banyaknya orang yang melamar sehingga lamaran kita mungkin tertumpuk tanpa terbaca, kedua karena kendala bahasa yang menyebabkan kita tidak pandai mengungkapkan kata-kata, ketiga karena budaya yang memungkinkan orang menilai lamaran tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Dari kenyataan tersebut, maka sebuah surat lamaran kerja beserta CV-nya haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga terbaca dan terpilih menjadi bukti unjuk diri yang efektif.

Pada dasarnya ada 3 hal penting dalam teknik penulisannya, yaitu:
  1. menarik
  2. jelas
  3. jujur.
Terlihat memang mudah, akan tetapi dalam prakteknya tidaklah selalu demikian. Dalam hal “Menarik” misalnya. Apa yang membuat orang tertarik pada diri kita melalu surat lamaran dan CV yang kita buat? Bukankah membuat orang tertarik sangat tergantung dari orang yang membaca dan orang yang membaca tersebut berbeda-beda? Demikian pula dalam membuat tulisan kita “Jelas”,  karena jelas menurut kita tidak berarti jelas pula menurut mereka. Dalam hal “jujur”, kita dihadapkan pada kenyataan yang lebih sulit lagi. “Kalau jujur nanti malah saya nggak terpilih, kalau tidak jujur bahkan nanti membuat kita sulit”. Memang serba salah. Akan tetapi, kita tidaklah terlalu risau. Ada beberapa hal yang secara umum dapat diterima oleh siapapun yang akan membaca surat “unjuk diri” kita. Hal-hal tersebut sebagai diungkapkan berikut ini.   

Surat Lamaran Kerja

Surat lamaran merupakan surat yang sangat penting sehingga kita betul-betul harus memikirkan efektivitas dari lamaran. Hal-hal yang pokok adalah:

  1. Bagian Pembuka, berupa latar belakang lamaran kita. Bagian ini lazim berisi rangkuman kualifikasi yang dimiliki yang relevan dengan jabatan yang diinginkan, menyebutkan nama atau sumber informasi tentang adanya lowongan kerja diperusahaan tersebut. Dapat juga kita sampaikan keinginan kita untuk bergabung dalam rangka memenuhi kebutuhan atau ikut memecahkan masalah yang ada di perusahaan tersebut, atau juga dapat menyebutkan berita, iklan atau pengumuman lowongan kesempatan kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.
  2. Bagian Isi, berupa uraian singkat kualifikasi yang dimiliki yang relevan dengan jabatan yang diinginkan. Kualifikasi ini dapat berupa pendidikan, pengalaman kerja, sikap, minat, dan aktivitas kita.
  3. Bagian Penutup, berisi harapan dan keinginan pelamar untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Pada surat ini pula jangan lupa kita menuliskan alamat komunikasi berupa nomor telepon dan lain-lain yang dapat memudahkan mereka menghubungi kita.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:
  1. Surat lamaran sebaiknya menampilkan kualifikasi atau pengalaman kerja yang sesuai dengan posisi pekerjaan yang diinginkan.
  2. Surat lamaran sebaiknya mengungkapkan hal-hal positif tentang kualifikasi yang dimiliki sehingga membangkitkan minat bagi yang membacanya.
  3. Secara fisik surat lamaran harus rapi dan menarik, meskipun tidak berarti kita menggunakan kertas merah jambu agar menarik, karena justru nanti akan dianggap surat cinta daripada surat lamaran kerja.
  4. Mengungkapkan hal-hal yang mengakibatkan pelamar berbeda dengan pelamar lain dan mengungkapkan segala sesuatunya berdasar pada kepentingan pembaca.
  5. Surat lamaran yang dibuat asal-asalan dan tidak spesifik ditujukan pada perusahaan yang bersangkutan pun, dapat memberikan kesan kemalasan si pelamar dan pribadi yang seenaknya serta kurang kreatif.
  6. Surat lamaran sebaiknya disusun dengan cermat sehingga dapat meyakinkan pembacanya.
  7. Hindari kesalahan ejaan terutama dalam menyebutkan nama, gelar, dll.
  8. Menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.
  9. Buat surat lamaran ini hanya dalam satu halaman saja.

Orang selalu menganggap bahwa surat lamaran harus ditulis dengan tangan, akan tetapi sekarang ini kenyataannya tidaklah demikian. Kita sebaiknya mengetik surat lamaran kecuali kita memang diminta untuk menulisnya dengan tangan.

Curriculum Vitae

Kita lazim mengungkapkan diri kita melalui sebuah CV. Akan tetapi, CV ini adalah salah satu cara mengungkapkannya, dan termasuk salah satu tulisan yang termasuk dalam kategori resume. Ada tiga macam resume yang umum digunakan yaitu:
  1. functional resume
  2. chronological resume
  3. curriculum vitae.
Namun demikian, kita tidak usah terlalu risau dalam hal ini. Kalau di sini lazim dengan CV, maka pakai saja CV daripada dianggap aneh oleh pembaca surat lamaran kita.

Meskipun sekarang ini banyak template yang tersedia di internet, yang menyajikan contoh akan tetapi bukankah pengalaman orang berbeda-beda sehingga kita sebaiknya menulis dengan kemampuan sendiri tidak asal comot template tersebut.
Pada dasarnya resume adalah suatu summary sheet dalam format outline dengan key headings yang memuat : “job objective”, pengalaman kerja, latar belakang pendidikan, data pribadi, atau bahkan sampai dengan referensi, apabila diperlukan.

Job Objective

Dalam template yang banyak tersedia di internet bagian ini selalu menyertai cv. Acuan tersebut biasanya dilakukan oleh orang-orang di negara lain, terutama di negara maju. Akan tetapi, dalam budaya kita, bagian yang berisi tujuan/posisi yang kita harapkan sering dimasukkan dalam surat lamaran. Dengan demikian, CV tidak perlu memuat hal ini. Perbedaan ini juga terjadi di antara para profesional atau konsultan kerja. Sebagian dari mereka menganggap bahwa hal ini tidak perlu ada dan sebagian lain menganggap bagian ini perlu ada, karena menurut mereka, apabila tidak ada si reviewer kerja ini harus susah payah mengambil kesimpulan dari CV tersebut.

Pengalaman kerja

Bagian ini merupakan catatan pekerjaan yang pernah kita lakukan. Meskipun pekerjaan kita secara keseluruhan menarik perhatian si prospective employer, tetapi biasanya mereka tertarik pada pekerjaan yang terakhir dan pekerjaan yang paling menonjol dalam pengalaman kita. Oleh karena itu, bagian ini sebaiknya ditulis lebih detail. Bagian ini biasanya memuat: kapan kita bekerja, perusahaan apa, pekerjaan ada, apa yang pernah diraih, dan tanggung jawab apa yang dipegang.

Latar Belakang Pendidikan

Bagian ini termasuk daftar sekolah kita sekaligus informasi kapan kita menempuhnya. Gelar yang didapatkan, dan kalau ada penghargaan yang diperoleh selama sekolah, sebaiknya ditulis juga. Daftar aktivitas ekstrakulikuler dapat juga dimasukkan. Memasukkan data dalam bagian ini sangat bervariasi. Bagi mereka yang mempunyai banyak pengalaman pendidikan, maka kursus kursus dapat saja tidak dimasukkan namun jika kita tidak mempunyai pendidikan yang banyak, kita biasanya dapat memasukkan daftar kursus-kursus yang lain. Jadi, banyak tidaknya yang dimasukkan sangat bervariasi.

Data Pribadi

Bagian ini dapat saja berisi keadaan fisik seperti tinggi, berat, kesehatan, serta umur, hobi, aktivitas bermasyarakat, dan afiliasi profesional. Akan tetapi, informasi yang kita berikan ini juga sangat tergantung dari kebutuhan atau pekerjaan yang kita inginkan.

Hal-hal yang biasanya terjadi dalam pembuatan CV
  1. Tidak memasukkan data penting
  2. Membicarakan hal yang tidak relevan atau berbunga-bunga
  3. Terlalu membual tetapi tidak didukung dengan fakta
  4. Terlalu memuja tempat pekerjaan sebelumnya
  5. Tidak memuat tujuan karier yang jelas
  6. Pekerjaan yang cepat berpindah
  7. Terlalu memuja diri sendiri
  8. Terlalu panjang
  9. Adanya jeda antara sekolah dan pekerjaan yang tidak dijelaskan mengapa terdapat jeda tersebut.
  10. Penampilan yang terlalu menyolok.
  11. Kesalahan gramatikal dan bahasa lainnya.

Sebagai kesimpulan, untuk menguji tentang kesuksesan resume kita, kita dapat menanyakan kepada diri kita sendiri “Jika saya membaca resume ini apakah saya akan menerima calon karyawan ini?”  

Sekian, terima kasih. Selamat berjuang!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More