Album Photo Ke-1

Contoh Portofolio kami,, persiapan shooting film FTV.

Album Photo Ke-2

Shooting acara pelatihan di Abhiseka,,Pelatihan Public Speaking Angkatan Ke-49.

Album Photo Ke-3

Penutupan Pelatihan Public Speaking Angkatan Ke-51,,Pelatihan di Abhiseka Training Center,,Jalan Ipda Tut Harsono No. 26 Yogyakarta.

Album Photo Ke-4

Menerima Copy CD/DVD dan Video Shooting, Service Komputer PC maupun Notebook dengan Harga Murah Meriah, untuk Wilayah Jogjakarta Hubungi 081 8080 11944.

Ini Album Photo Ke-5

Kami juga melayani pembuatan Video Company Profile, film Dokumenter, Video Klip, Jasa pembuatan Iklan, dll

Tuesday 25 August 2015

Materi Public Speaking

Materi Pelatihan Public Speaking



Setiap orang memiliki kemampuan untuk berbicara didepan orang banyak, namun ketika seseorang diminta untuk tampil berbicara didepan umum Ia mengalami demam panggung, cara penyampaian kurang meyakinkan sehingga mengakibatkan persepsi audiens tidak sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, upaya mempersiapkan dan melatih diri untuk mampu tampil berbicara didepan umum dengan baik, merupakan bagian keberhasilan berkomunikasi seseorang.





PUBLIC SPEAKING


Ketika akan memulai berbicara di depan umum, baik sebagai MC, Presenter atau apa saja yang menuntut kita berbicara di depan umum, kita biasanya berpikir “Apakah aku harus menggebu-gebu atau pelan-pelan?” “Dimanakah aku harus berdiri?” “Bagaimanakah gerakan yang harus aku lakukan?” “Harus cepat atau pelankah aku akan berbicara?”  “Bagaimana kalau aku berbuat kesalahan?”  “Kapan aku harus berhenti?” dan lain sebagainya.  Pertanyaan ini muncul biasanya dari ketidakpercayaan diri. Kepercayaan diri dalam berbicara di depan umum memang tergantung dari kebiasaan. Meskipun demikian, mengetahui bagaimana kita menampilkan diri akan membantu  kita memperoleh kepercayaan diri.
Berbicara di depan umum menuntut pembicara menampilkan dirinya dengan baik karena pada kesempatan itulah dirinya menjadi pusat perhatian. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: Bagaimanakah penampilan yang baik itu? 
Penampilan yang baik dalam presentasi, berpidato, atau memimpin acara adalah penampilan yang dapat membuat hadirin dapat menangkap pikiran-pikiran yang dikemukakan pembicara dengan jelas, menarik dan tidak “mengganggu” hadirin dalam memahami apa yang disampaikan pembicara.  Seandainya pembicara bergumam, tidak berdiri dengan tenang, melihat ke luar jendela, atau berbicara monoton, maka pastilah apa yang ingin disampaikan pembicara sulit ditangkap hadirin. Hadirin juga akan sulit menangkap misi yang disampaikan jika penyampaiannya terlalu berlebih-lebihan baik dengan gerakan-gerakan dan suara yang sangat dramatis.
Sebagaian besar hadirin akan lebih menyukai penyampaian yang mengkombinasikan antara unsur-unsur penyampaian yang formal dan yang biasa dilakukan dalam bercakap-cakap, yaitu langsung, spontan, dan antusias.
Metode Penyampaian
Metode penyampaian merupakan faktor yang penting dalam presentasi, pidato, atau pembawa acara. Ada empat cara penyampaian yaitu:
·      berbicara dengan membaca naskah
·      berbicara berdasar hafalan teks yang disiapkan
·      berbicara tanpa persiapan
·      berbicara dengan catatan pokok pembicaraan
Berbicara dengan membaca naskah, biasanya dilakukan pada upacara-upcara yang sangat resmi atau karena waktu yang sangat berharga.  Dengan demikian ketepatan dari kata per kata menjadi kunci utama. Meskipun demikian, cara penyampaian haruslah diusahakan wajar seperti percakapan biasa. Karena sifatnya yang resmi seorang MC, misalnya, membaca dari teks yang sudah disiapkan. Makin resmi suatu acara, maka makin besar tuntutan seorang MC untuk ketepatan berbicaranya.
Berbicara berdasar hafalan tidak banyak dilakukan orang lagi. Dalam memakai metode ini speaker harus betul-betul hafal dan harus nampak wajar seperti berkomunikasi.
Berbicara dengan tanpa persiapan biasanya dilakukan dalam pertemuan bisnis, menjawab pertanyaan, dll. Kelemahan metode ini adalah dalam masalah strukturnya, karena mengorganisasi apa yang diucapkan dalam waktu yang mendesak memang cukup sulit.
Berbicara dengan catatan kecil, outline, atau pokok-pokok pembicaraan saja, memberikan kondisi yang komunikatif. Memang terlihat sulit tetapi metode ini adalah metode yang paling mudah dalam menciptakan output yang baik karena metode ini memungkinkan kita mengorganisasikan pikiran kita, menciptakan suasana yang lebih formal, dapat beradaptasi dengan keadaan, tidak kaku.

Ekspresi Suara
Setiap orang mempunyai karakter suara yang berbeda-beda dan masing-masing memberi keunikannya sendiri-sendiri. Meskipun pembicara memberikan ciri-ciri khasnya ada kriteria umum yang disukai orang dan menarik.  Jadi dapat dikatakan bahwa salah satu aspek dari keberhasilan berbicara di depan umum adalah suara kita.  Ekspresi suara harus diperhatikan oleh pembicara adalah:
  1. Volume. Pada masa sekarang ini loud speaker sangat membantu penampilan suara kita sehingga kita tidak terlalu sulit menyesuaikan suara kita.
  2. Intonasi. Mengutarakan apa yang ada dalam pikiran kita tidaklah hanya memperhatikan kata-kata yang meluncur dari mulut kita saja. Intonasi adalah faktor yang sangat penting dalam menjalin komunikasi dengan hadirin. Dari intonasilah pembicara akan nampak kaku, tidak percaya diri, sombong, malas, seperti anak-anak, senang, bosan, dinamis, menyenangkan dsb.
  3. Ritme atau tempo bicara. Kecepatan berbicara seseorang merupakan hal yang penting dalam berpidato. Agar efektif, pembicara haruslah menyesuaikan ritme berbicaranya dengan hadirin, suasana yang ingin diciptakan, dan kata-kata yang ingin ditekankan, dan materi yang disampaikan.
  4. Pause.  Meskipun pause atau berhenti ketika berbicara tidak nampak penting, tetapi faktor ini yang dapat memberikan kesan mampu dan tidaknya seseorang berbicara.  Tidak ada orang yang berbicara tanpa berhenti, seseorang pasti berhenti tetapi yang menjadi masalah adalah pembicara haruslah tahu kapan dia dapat berhenti. Yang penting diingat adalah mengusahakan menghilangkan filler ketika berhenti.  Meskipun yang tersulit dalam public speaking adalah menghilangkan filler tetapi jika terus berlatih filler tersebut akan hilang.
  5. Artikulasi. Artikulasi sangat dipengaruhi oleh budaya suatu daerah. Artikulasi dalam berpidato atau presentasi tidaklah seketat artikulasi dalam ke-MC-an. Meskipun demikian, pembicara harus memperhatikan artikulasinya karena menunjukkan kejelasan dan kerapian berbicara.


Aspek Non-Verbal
(Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh)

“Men trust their ears less than their eyes” kata ahli sejarah Yunani, Herodotus, kurang lebih 2400 tahun yang lalu. Disini dapat berarti bahwa seandainya gerak-gerik tubuh tidak sesuai dengan apa yang dikatakan maka orang akan lebih percaya bahasa tubuhnya daripada kata-katanya.
Presenter pemula biasanya bingung dan cemas bagaimana dia akan membawakan dirinya.  Dia terutama akan bingung dimana dia akan menaruh tangannya. Yang sering terjadi adalah dia akan menaruh tangannya disaku. Orang boleh-boleh saja merasa nervous tetapi dia tidak dapat menampakkan kenervousan tersebut. Pembicara haruslah nampak tenang, percaya diri dan gaya. Jadi pembicara tidaklah hanya cukup tahu apa yang hendak dikatakannya tetapi juga tahu bagaimana dia mengungkapkannya.

Penampilan non-verbal ditunjukkan dengan penampilan:

1.      Penampilan Busana,
Yang termasuk aksesoris, sepatu, rambut. Aspek non verbal ini dan dapat disebut dengan “bahasa’ artifactual. Meskipun sifatnya semu dan seolah-olah bukan merupakan bagian dari diri pembicara, tetapi pengaruh terhadap hadirin begitu besar. Yang paling penting dalam masalah berbusana ini, kita tahu kapan dan dalam kesempatan apa kita berbicara karena busana selalu harus menyesuaikan kesempatannya, waktu, hadirin, dan kesan yang ingin kita dapatkan dengan busana tersebut.
Dalam berbusana, seseorang haruslah tahu prinsip berbusana untuk berbicara di depan umum adalah “common sense” dan “achieving good taste”.  Dalam meraih kesan tersebut orang haruslah nampak: (1) percaya diri; (2) enak atau nyaman; (3) terkendali (kita memakai busana bukan busana memakai kita).
Dari ketiga prinsip tersebut dapat kita simpulkan bahwa penampilan busana kita haruslah dapat memperjelas apa yang hendak disampaikan dan bukan sebaliknya membuat bingung hadirin.
2.      Gerakan Tubuh dan Tangan. 
Gerakan tubuh dan tangan haruslah dapat membuat hadirin lebih jelas menangkap maksud si pembicara. Pembicara melakukan “moving”; “acting” hanyalah semata-mata untuk memperjelas apa yang dikatakannya. Dengan demikian gerakan yang terlalu berlebihan akan sangat mengganggu penampilannya. Sebaliknya, gerakan yang monoton atau tidak ada gerakan sama sekali akan membuat hadirin mengantuk.
Perasaan nervous sering mendorong seseorang menggerakkan tubuh dan wajahnya secara tidak wajar. Perasaan ini mendorong orang kadang terlihat overacting dan sebaliknya terlihat minder. Gerakan tubuh dan tangan haruslah nampak anggun, wajar dan spontan, serta dapat membantu memperjelas dan menekankan ide yang ingin disampaikan serta sesuai dengan hadirin.



3.      Kontak Mata
Kira-kira 75% dari komuniksi non verbal dilakukan dengan wajah kita. Jika penting kita belajar menggunakan otot-otot wajah kita untuk mengungkapkan apa yang kita kehendaki dengan tepat. Bola mata memang tidak mengekspresikan emosi, tetapi dengan memanipulasi bola mata dan wajah sekelilingnya, terutama kelompok mata atas dan alis, kita dapat menangkap pesan-pesan non verbal yang disampaikan. Begitu pentingnya kontak mata, sehingga ada pepatah mengatakan bahwa mata adalah “jendela jiwa kita’.
Cara yang tercepat untuk menciptakan komunikasi dengan pendengar adalah lihatlah mata mereka dengan bersahabat. Idealnya berbicara di depan publik 80% sampai 90% dari waktu pembicaraan, haruslah melihat audience. Akan tetapi, tidaklah cukup hanya dengan melihat saja, melainkan bagaimana cara memandang itupun sangat penting. Pandangan yang kosong meskipun melihat mata lawan bicara, juga hampir sama jeleknya dengan tidak melakukan kontak mata sama sekali. Demikian juga pandangan mata yang dingin, kaku, dan sombong.
Mata harus memancarkan rasa percaya diri, kesungguhan, jujur dan bersahabat. Mata harus mengatakan “saya senang berbicara di depan anda; saya benar-benar jujur dengan apa yang saya katakan dan saya ingin andapun demikian”.

Melatih Teknik Berbicara di Depan Umum

  1. Latihlah berbicara dengan membaca outline. Berbicaralah dengan keras dan melihat apakah setelah outline itu disampaikan dalam bentuk pidato menjadi terlalu pendek atau terlalu panjang. Apakah point-point utamanya sudah jelas?
  2. Apakah point-point pendukungnya jelas, meyakinkan, menarik?  Apakah pendahuluan dan penutupnya sudah nampak? Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita dapat memperbaiki pidato kita sedikit demi sedikit.
  3. Persiapkan outline apa yang akan dibicarakan dengna memperbaiki outline yang sudah dibuat sebelumnya. Pastikan bahwa outline tersebut sesingkat  mungkin, dan dapat dibaca dengan jelas kata demi kata.
  4. Latihlah pidato anda dengan keras beberapa kali. Jangan khawatir anda membuat kesalahan. Yang penting adalah konsentrasikan diri anda pada ide utama dan jangan menghafal kata demi kata.
Kemudian mulailah dengan memulas dan memperbaiki penampilan berpidato. Latihlah di depan kaca untuk melihat kontak mata anda. Juga seandainya memungkinkan latihlah dengan merekamnya untuk melihat ekspresi suara anda. Anda akan dapat manfaat jika ada orang lain yang dapat memberi komentar.

Memang untuk mendapatkan hasil yang maksimal hilangkanlah rasa malu, segan dan gengsi karena berbicara di depan umum adalah ketrampilan biasa dan seni dan bukan suatu ilmu yang hanya dipelajari tanpa dipraktekan.
Berbicara di depan umum sama seperti naik sepeda yang akan menjadi terbiasa karena volume berbicara yang bertambah. Latihanlah yang kemudian menjadi kunci utamanya.  Latihan bahasa tubuh dan ekspresi wajah adalah seperti memasak makanan.
Kita haruslah mencampur dengan komposisi yang tepat dan memasaknya dengan baik.

Biaya Pelatihan Public Speaking di Abhiseka : 700 Ribu
Materi Pelatihan Public Speaking : Komunikasi Efektif & Teknik Presentasi, Ekspresi Suara, Performance, MC & Pembawa Acara, Latihan-latihan, 4 Minggu, 17.00-20.00 WIB, 30' Break
1 Minggu 2 Kali Pertemuan setiap hari Selasa dan Kamis Jam 17.00 - 20.00 WIB


Copyright,

Bahan Serahan Pelatihan Public Speaking 
ABHISEKA TRAINING CENTER
Jl. Ipda Tut Harsono No. 26 Yogyakarta 55165 Telp. 0274 566777, 566759


Silahkan Donasi melalui Dana, Ovo, GoPay dan Link Aja melalui link berikut :



Monday 24 August 2015

master of ceremony atau yang lebih di kenal dengan MC



MASTER OF CEREMONY



Beberapa Pengertian

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia sesunan WJS. Poerwodarminto yang telah diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (terbitan Balai Pustaka Jakarta, 1982), Pembawa Acara adalah penyaji acara, atau penyampai acara, atau pengantar acara. Apakah sesederhana itu tugas seorang Pembawa Acara? Ternyata tidak. Definisi di atas hanyalah uraian singkat untuk menyederhanakan tugas seorang Pembawa Acara yang cukup banyak dan rumit. Namun, sebanyak dan serumit apapun, kalau kita mencintai pekerjaan ini, kita akan mau dan mampu belajar untuk dapat menguasainya. 
 
Benarkah Pembawa Acara sama dengan Protokol? Istilah Protokol berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata-kata protos dan kolla yang artinya yang pertama dan perekat. Pada mulanya istilah protokol digunakan bagi "lembaran pertama dari suatu gulungan papyrus" atau "kertas yang ditempelkan atau dilekatkan". Kemudian istilah protokol digunakan untuk menyebut "seluruh gulungan papyrus yang memuat semua dokumen negara yang bersifat nasional dan internasional".
Pengertian protokol kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dan istilah protokol dewasa ini dapat diartikan: 
·         Suatu dokumen tata cara Internasional
·         Pemberian service kepada pimpinan/tamu/publik dalam kegiatan resmi.
Yang jelas, protokoler bukanlah padan kata dari Pembawa Acara. Sedangkan Pembawa Acara bisa menjadi bagian dari protokol.
            Bagaimana dengan Master of Ceremony? Apakah artinya sama dengan Pembawa Acara? Menurut The New Oxford Dictionary yang diterbitkan oleh Christian Brann Limmited Cirencester England dan Bay Books and Oxford University Press, Master of Ceremony adalah: person presiding over arrangement at social gathering, etc. (terjemahan bebas: seseorang yang memimpin susunan/rencana acara pada berbagai pertemuan). Jadi bisa dikatakan bahwa pengertian Master of Ceremony sama dengan Pembawa Acara. Namun berbagai pendapat mengatakan bahwa seorang Pembawa Acara dapat disebut Master of Ceremony (MC) apabila acara yang disajikannya bersifat resmi/ceremonial/protokoler.

PERAN PEMBAWA ACARA
            Pembawa Acara sering diibaratkan sebagai sampul sebuah buku. Seringkali kita berniat membaca sebuah buku karena tertarik terlebih dahulu dengan sampulnya. Sampul yang baik akan mengukuhkan isi buku sehingga tidak tercerai berai. Hal tersebut di atas untuk menunjukkan bahwa seorang Pembawa Acara menjadi pusat perhatian terlebih dahulu sebelum acara dimulai dan dia-lah yang membuat suatu acara nampak menarik. Pembawa Acara yang baik dan siap fisik dan mental akan membuat acara yang dipimpinnya berlangsung urut dari awal hingga akhir.
            Ada juga pendapat yang menggambarkan seorang Pembawa Acara dengan bingkai sebuah lukisan. Bagai sebuah bingkai, Pembawa Acara adalah pembatas acara, dia-lah yang membuka dan menutup acara.
            Dan bagai sebuah bingkai pulalah, Pembawa Acara adalah “pemberi nilai atau mutu.” Betapapun bagusnya sebuah lukisan, kalau bingkainya kayu/bambu yang keropos, bagaimana penilaian kita terhadap lukisan? Sebaliknya mungkin lukisannya sangat sederhana, atau malah agak kacau, tetapi karena bingkainya adalah kayu berukir yang sangat indah, atau perak, bahkan emas, tentu akan memberi nilai-lebih pada lukisan tersebut.
            Kesan ini mengandung arti Pembawa Acara turut menentukan gagal atau suksesnya suatu acara yang seharusnya penuh keceriaan dapat menjadi penuh kelesuan dan tidak menggairahkan apabila sederhana dapat menjadi berbobot dan begitu menyenangkan apabila dipimpin oleh Pembawa Acara yang atraktif.
Pembawa Acara juga sering diibaratkan sebagai penguntai kalung mutiara. Apabila penguntainya kuat, maka mutiara-mutiara akan terjalin dengan indahnya membentuk sebuah kalung. Namun bila penguntainya putus, mutiara-mutiara tersebut akan bercerai berai.
Hal ini menunjukkan bahwa acara yang tersusun dengan baik sangat tergantung pada pembawa acara. Namun perlu disadari bahwa peran Pembawa Acara seringkali kurang dihargai/tidak kelihatan ketika acara dapat berlangsung dengan lancar dan baik. Akan tetapi apabila acara kacau, maka Pembawa Acara-lah yang pertama kali menanggung kekacauan tersebut.
Hal ini sungguh-sungguh perlu disadari supaya kita siap untuk tidak meminta penghargaan dan siap untuk dipersalahkan.


Syarat-syarat Dasar Pembawa Acara:
·         Memiliki suara jelas dan nyaman
·         Sehat lahir dan batin
·         Memiliki pengetahuan luas
·         Kemampuan berbahasa memadai
·         Kaya akan perbendaharaan kata
·         Luwes
·         Mampu berpikir dan bertindak cepat dan tepat
·         Memiliki sense of humor
·         Berjiwa besar

BENTUK ACARA
1.      Formal/Resmi
Contoh:
·         Upacara resmi kenegaraan
·         Upacara resmi non kenegaraan
·         Upacara perkawinan
·         Pembukaan/penutupan seminar

2.      Semi Formal/Setengah Resmi
Contoh:
·         Pisah-sambut pejabat instansi
·         Resepsi pernikahan
·         Peringatan hari besar agama

3.      Bebas/Santai
Contoh:
·         Pergelaran Musik
·         Acara Ulang Tahun
·         Turnamen Golf

PERSIAPAN
            Sulit membayangkan suatu kesuksesan apabila seseorang bekerja tanpa persiapan. Bahkan yang sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya pun tidak jarang mengalami berbagai hambatan atau kegagalan. Kejadian yang tidak terduga sangat sering terjadi, sehingga dibutuhkan improvisasi. Apabila seorang Pembawa Acara tidak mempersiapkan diri dengan baik, sangat mungkin keadaan-keadaan yang tidak terduga tersebut membuatnya “grogi” sehingga acara yang dibawakannya turut menjadi kacau.

Persiapan-persiapan yang harus dilakukan seorang Pembawa Acara:
1.      Observasi:
·         Panitia penyelenggara
·         Tujuan penyelenggara acara
·         Susunan Acara
·         Tempat berlangsungnya Acara
·         Audience
·         Pengisi Acara

2.      Gladi Bersih:
·         Untuk mengkonfirmasikan segala hasil observasi

3.      Persiapan Fisik:
·         Latihan pernafasan
·         Latihan alat-alat bicara

4.      Persiapan Emosi:
·         Penghayatan Acara
·         Konsentrasi

5.      Persiapan Penampilan


KEMAUAN UNTUK TERUS MENCOBA KEMAMPUAN, 
TERUS BERLATIH, DAN BELAJAR DARI PENGALAMAN MERUPAKAN KUNCI KEBERHASILAN.

Biaya Pelatihan Public Speaking di Abhiseka : 600 Ribu
Materi Pelatihan Public Speaking : Komunikasi Efektif & Teknik Presentasi, Ekspresi Suara, Performance, MC & Pembawa Acara, Latihan-latihan, 4 Minggu, 17.00-20.00 WIB, 30' Break
1 Minggu 2 Kali Pertemuan setiap hari Selasa dan Kamis Jam 17.00 - 20.00 WIB

Copyright,

Bahan Serahan Pelatihan Public Speaking 
ABHISEKA TRAINING CENTER
Jl. Ipda Tut Harsono No. 26 Yogyakarta 55165 Telp. 0274 566777, 566759




Wednesday 18 March 2015

Tarian Asmara Dana


Tarian Asmara Dana

Tarian Asmaradana dalam rangka grand opening Lou Indonesia butik dengan bahan kain lurik pertama di Indonesia
Sekar Kedhaton Restourant 25 Maret 2015

Cidro 2 - Intan - Campursari Cakrabuana Gunungkidul







Bojo Loro Dinda Feat Gesty Campursari Pesona Purba

 

Campursari Pesona Purba dari nglanggeran wetan, Gunung Api Purba, Embung Nglanggeran, dalam rangka Resepsi Pernikahan Hiwan dengan Novitasari di dusun Tawang, Ngoro-oro, Patuk, Gunungkidul, 1 Agustus 2015, Campursari Gunungkidul, Campursari koplo, Campursari Pesona Purba Gunungkidul

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More