Wednesday 8 January 2014

PRESENTER TELEVISI APA SIH TUGASNYA ?

PRESENTER TELEVISI APA SIH TUGASNYA ?

Ketika nonton televisi, kita menyaksikan seorang presenter membawakan bermacam-macam acara, ada yang membaca berita, ada yang membawakan acara kuis, diskusi, acara musik, membacakan susunan acara yang akan disiarkan, acara olah raga, melaporkan suatu kejadian dan banyak lagi, baik itu yang tampak d layar televisi (on screen) maupun yang tidak (off screen). Presenter-presenter tersebut bertugas sesuai dengan fungsinya, dan masing-masing fungsi dituntut keahlian khusus yang berbeda-beda.

Karena tugas-tugas yang berbeda, presenter mempunyai sebutan yang berbeda pula, biasanya disesuaikan dengan jenis acara yang dibawakan. Tugas-tugas presenter biasanya dibedakan sebagai berikut:

  • Continuity Annourcer
  • Presenter Berita
  • Reporter
  • Pembawa Acara
  • Moderator
 1.     Continuity Annourcer
Continuity berarti berkesinambungan, jadi tugas dari continuity annourcer adalah menjaga kesinambungan acara di televisi dari mulai televisi itu on air sampai acara atau televisi tersebut selesai mengudara. Tugas-tugas tersebut meliputi membuka dan menyapa penonton, mengucapkan selamat bergabung dan menonton di televisi mulai on air, menyampaikan susunan acara yang dapat ditonton hari ini, mengantarkan acara yang segera ditayangkan dengan menyampaikan ringkasan acara/sinopsis, menutup acara yang baru saja diikuti dengan memberikan penekanan, menyampaikan rangkaian acara yang dapat diikuti esok dan menutup seluruh rangkaian acara. Ibaratnya continuity annourcer adalah penjaga gawang, ia harus tetap berada ditempat dari mulai pembukaan sampai penutupan, karena bila terjadi sesuatu, baik itu gangguan teknis maupun berita-berita seputar pergantian acara atau informasi penting lainnya yang berkaitan dengan acara, continuity annourcer harus segera menyampaikan pada penonton, baik itu on screen maupun off screen.
Tugas continuity annourcer ini menuntut kesabaran sekaligus cepat tanggap atas suatu keadaan tertentu yang mendadak terjadi pada saat dia sedang bertugas, misalnya listrik tiba-tiba padam, presenter yang tanggap akan segera mengantisipasi keadaan dengan menanyakan pada petugas yang berwenang untuk mencari tahu penyebab terjadinya gangguan. Pada saat yang sama dikepalanya telah mengolah kata apa yang paling bijaksana untuk dapat diterima dengan baik oleh penontonnya. Kecepatan tanggap serta kecepatan memutuskan sesuatu dengan baik akan terwujud dalam kata-kata dan penampilan yang meyakinkan dan bisa diterima oleh penonton sehingga tidak mengganggu kesinambungan acara.

Dalam menjalankan tugasnya, continuity annourcer melakukan siaran secara live di dalam studio, penampilan acara live ini dimaksudkan agar kata-kata yang disampaikan dapat benar-benar menggambarkan dan mewakili keadaan/situasi saat itu. Namun model siaran live ini, bila persiapannya kurang dan terjadi kesalahan kata atau kesalahan teknis dapat menurunkan citra stasiun televisi tersebut dan kredibilitas presenter.

Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa televisi swasta menggunakan sistem rekaman sehingga kesalahan-kesalahan dapat diminimalisasikan dengan cara menggulang rekamannya atau editing. Namun, bagi TVRI di daerah sistem rekaman continuity announcer seperti di televisi swasta sangat sulit dilakukan, karena biasanya daftar acara TVRI di daerah sangat tergantung pada TVRI Pusat.  Perubahan acara sering dilakukan secara mendadak sehingga continuity announcer di daerah harus cepat menyesuaikannya.

Dalam pemanfaatan teknologi dan pengembangan kreativitas, keberadaan continuity announcer saat ini, sering digantikan oleh tulisan (telop)  atau animasi kartun, seperti si Tevi di SCTV. Hal ini bukan berarti kedudukan continuity announcer dapat digantikan begitu saja, continuity announcer tetap mendapatkan porsi siaran. Meskipun continuity announcer dapat digantikan dengan bentuk lain, kehadirannya tetap dipertahankan oleh hampir semua stasiun televisi, karena continuity announcer merupakan wakil stasiun televisi tersebut, kalaupun muncul kreativitas semacam si Tevi di SCTV, ini hanyalah menggantikan sebagian kecil tugas continuity announcer.

·    Reporter

Seorang reporter pada hakikatnya adalah wartawan televisi, dialah pencari berita, perancang, pengolah sekaligus penyaji berita dalam bentuk audio visual. Sebagai seorang jurnalis, seorang reporter dituntut bekerja 24 jam sehari. Dia harus mengetahui secara mendalam tentang masalah yang hendak disampaikannya, berpengetahuan luas, berdedikasi terhadap berita, serta perkembangan berita setiap saat di manapun dia berada.
Saat ini siaran berita berupa laporan (reportase) sering dilaporkan secara langsung dari tempat kejadian atau peristiwa, dan penyiarnya disebut reporter. Bahkan, penyiar/presenter saat itu harus berhubungan dengan reporter yang sedang berada di lapangan, atau ia sendiri menjadi pewawancara dengan nara sumber, baik secara langsung di studio maupun melalui telepon. Dalam hal ini, seorang penyiar/presenter dituntut kreatif dan mempunyai rasa spontanitas yang tinggi.

Di samping itu, terdapat istilah telengkai yang diperuntukan bagi reporter yang menyampaikan liputan dari beberapa reporter. Contoh: Reportase dari Istora Senayan tentang PON (Pekan Olah Raga Nasional), Seorang reporter melaporkannya dari studio mini di Senayan, reporter inilah yang disebut sebagai telengkai, karena tugasnya menyampaikan/mengantar-kan laporan dari reporter di lapangan basket, lapangan volly, kolam renang, arena tinju dan sebagainya.

Berkaitan dengan hal tersebut, reporter dapat menyampaikan berita sendiri dari tempat kejadian baik on screen maupun of screen, atau hanya menyajikan beritanya dan selanjutnya berita ini dibacakan langsung oleh News Reader.



·    Moderator
Penyajian acara dalam bentuk diskusi memerlukan presenter untuk mengantarkan diskusi tersebut. Presenter dalam acara tersebut disebut moderator, yang bertindak sebagai pengarah, penengah, dan sekaligus penyimpul diskusi yang dipandunya.

Penguasaan terhadap materi yang dibahas, serta luasnya pengetahuan seorang moderator diimbangi ketangkasan berpikir dan berbicara, akan membuat suatu diskusi menjadi sajian yang mengasyikkan dan mempunyai bobot  nilai tinggi. Untuk mencapai hasil tersebut, moderator dituntut mencari keterangan atau jawaban dari nara sumber dalam diskusi, untuk itu diperlukan sikap yang terbuka dan memiliki human approach yang baik, cerdas, bijaksana, dan panjang akal. Dengan demikian, nara sumber merasa dihargai sehingga ia dengan senang hati akan memberikan keterangan-keterangan dan jawaban yang diinginkannya.

Selain itu, kedudukan moderator adalah sejajar dengan narasumber, tidak lebih rendah atau lebih tinggi dari orang yang diwawancarai. Jika ia menempatkan dirinya lebih rendah, keterangan dan jawaban yang diinginkan  tidak akan memperolehnya, bahkan ia terlihat seperti seorang penjilat yang ingin menyenangkan hati tuannya. Sebaliknya, jika ia menempatkan dirinya lebih tinggi, nara sumber takut memberikan keterangan dan jawabannya. Oleh karena itu, moderator harus berupaya mencapai target/goal yang diinginkan sehingga dalam acara diskusi tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada nara sumber tidak menyimpang dari topik bahasan, namun mengarah pada pencapaian target tersebut. Hal ini memerlukan keahlian interview yang memadai.

Moderator yang melakukan interview,  di samping mewakili stasiun penyiaran tempatnya bekerja, diapun mewakili kepentingan penonton, sehingga pertanyaan-pertanyaan pribadi tidak dapat dikemukakan dalam acara tersebut. Dalam kaitan ini, suatu wawancara dikatakan baik, kalau moderator mengerti dan mengetahui banyak tentang topik dan nara sumber yang dihadapi.  Sama halnya dengan  interview yang menjadi menarik apabila moderator dapat cepat melakukan pendekatan dan menciptakan suasana santai pada wawancara tersebut.

Dalam media televisi, moderator sering dianggap hanya sebagai pemandu acara diskusi, yang bertugas mengantarkan acara, pengarah dan penengah sekaligus penyimpul diskusi yang dipandunya, sedangkan wawancaranya dilakukan oleh petugas sendiri/ pewawancara/ interviewer.


·    Reporter Televisi
Adakalanya penyiar berita juga bertugas sebagai reporter, bahkan News Caster (bukan lagi newsreader) dan harus meng-interview atau mewawancarai nara sumber. Oleh karena itu, seorang reporter harus mengetahui berbagai jenis interview, yakni:

a)        Information interview (reporter harus menggunakan bahasa yang formal)
b)       Celebrity interview (reporter dapat menggunakan bahasa informal dan yang ditanyakan seputar prestasinya: terkadang juga gosip tentang pribadinya)
c)       On the spot interview (reporter mewawancarai secara spontan di tempat kejadian; jadi, materinya spontan, wawancaranya dapat dipersiapkan )
d)       .Personal interview (reporter dapat menggunakan bahasa informal, namun biasanya yang ditanyakan adalah tanggapan/opini).
  
Seorang reporter harus merupakan pribadi yang tangguh, baik secara fisik maupun mental. Artinya, diharapkan reporter dapat menjaga staminanya mengingat jam kerjanya 24 jam, dan wilayah kerjanya di mana saja dengan medan apa saja. Selain itu, kondisi yang dihadapi juga sangat beragam dan kadang–kadang faktor kesulitannya tinggi. Catatan berikut ini merupakan tip untuk menjadi reporter tangguh.

Pertama   :  senantiasa aktual
Kedua       : merancang dengan cermat hal yang ingin digali dari nara sumber
Ketiga       :  tidak patah semangat dalam mencari referensi
Keempat  :  tidak begitu saja percaya kepada orang lain
Kelima      :  senantiasa kreatif (look for something new).  





PEMBAWA ACARA



I.  Makna Pembawa Acara
Seseorang yang tampil membawakan suatu acara, menyajikan, dan menyampaikannya kepada penonton (audience), lazim disebut sebagai pembawa acara atau Master of Ceremony akronimnya MC, dan istilah trendnya adalah presenter atau penyiar. Sebutan bagi pembawa acara ini berbeda-beda disesuaikan dengan bentuk acara yang dibawakannya sehingga tugasnyapun berbeda–beda sesuai dengan fungsinya yang menuntut keahlian khusus yang berbeda pula. Misalnya, sebutan reporter untuk  melaporkan suatu peristiwa di di tempat kejadian atau laporan berita olah raga di lapangan (laporannya disebut reportase), presenter untuk acara kuis dan musik, penyiar bagi pembaca berita formal atau bagi pembawa susunan acara yang akan disiarkan, pembawa acara untuk berbagai acara pernikahan, MC bagi acara seminar atau diskusi, dan lain-lainnya.

Profesi sebagai pembawa acara dapat menjadi sumber kekayaan lahir dan batin bagi orang yang menggelutinya. Cukup banyak pembawa acara yang kita ketahui sukses karena kecakapannya membawakan suatu acara sehingga mereka menjadi terkenal dan hidup berkecukupan dalam segi materi. Ketika pembawa acara tampil membawakan sebuah acara atau menyampaikan suatu berita, mereka tampak begitu gagah, tampan, cantik, menarik, pintar, percaya diri, dikenal, dan ditonton banyak orang; bahkan mereka menjadi pujaan sehingga dunianya terasa begitu indah dan menyenangkan. Citra tersebut merupakan salah satu alasan penyebab profesi pembawa acara menjadi dambaan hampir setiap orang, terutama para remaja.

Untuk menjadi seorang pembawa acara tidaklah harus berbasis pendidikan di dunia komunikasi atau pertelevisian, melalui disiplin ilmu apapun, asalkan ia dapat menyesuaikan diri dengan dunia kerja pembawa acara, ia dapat berprofesi sebagai pembawa acara; justru melalui basis pendidikan dan keahlian yang bermacam-macam inilah, acaranya dapat beraneka ragam. Contohnya, pembawa acara yang memiliki basis pendidikan dan keahlian di bidang pertanian, tentu akan sangat menguasai dan cocok menjadi pembawa acara di berbagai acara pertanian, begitu pula halnya dengan dunia politik, hukum, kesehatan, kesenian, dan lain-lainnya.

Profesi ini pun dapat digeluti oleh siapa saja dan melalui bidang apapun, misalnya Indi Barends, Undang Suhendar, Erwin Parengkuhan, Becky Tumewu, Ferdi Hasan, Meutia Kasim, Ulfa Dwiyanti mengawalinya sebagai penyiar radio. Ada yang memulainya sebagai penyanyi, seperti Ronny Sianturi, Ricky Johanes, Bob Tutupoly dan Lusy AB Three, Iwa K; namun ada pula melalui dunia model & peragawati terlebih dahulu, contohnya Lulu Dewayanti, Alya Rochali, Cindy Fatikasari, Sarah Sechan dan Sarah Darmawan; melalui dunia teater di antaranya Butet Kartaredjasa dan Emha Ainun Nadjib, di dunia film tercatat Nurul Arifin dan Ira Wibowo, dunia wartawan Mayong Suryo Leksono; dunia olah raga, Yuni Kartika; dunia politik ada Ikhsanudin Noorsy dan Wimar Witoelar, dan sebagainya.

Kedudukan pembawa acara dinilai oleh sebagian besar orang memiliki citra tinggi dan terhormat, hampir sama dengan seorang artis. Citra tersebut terbentuk karena anggapan bahwa pembawa acara merupakan sosok manusia yang mendekati kesempurnaan, andaikan ia wanita, dibayangkan orang sebagai sosok yang cantik, ayu, berperawakan indah, mempesona, anggun, dan menarik. Sama halnya dengan seorang laki- laki, bayangannya adalah seorang laki-laki yang gagah, tampan, rupawan, atletis, pintar, cerdas, dan berpengetahuan luas. Perbedaannya, artis dapat berperan sebagai orang lain melalui serangkaian tokoh yang sifatnya cenderung menghibur saja, baik tokoh antagonis maupun protagonis; sedangkan pembawa acara hanya dapat memainkan peran-peran protagonis yang baik-baik sehingga pembawa acara tidak dapat muncul dengan perilaku jahat atau kurang baik, karena tugasnya memberikan informasi dan menghibur, tetapi informasi tersebut haruslah dapat dipercaya.

II.  Syarat Menjadi Pembawa Acara

Sebagai pembawa acara harus selalu memperhatikan kerja sama dengan pengarah acara serta kerabat kerja yang lain. Hal ini mutlak diperlukan untuk membangun dan mewujudkan keberhasilan suatu program acara. Karena, baik tidaknya suatu acara yang hendak digelar ditentukan oleh si pembawa acara. Dalam kaitan ini, acara yang telah ditata dan diolah dengan baik oleh produser dan pengarah acara dapat saja menjadi rusak karena kemunculan pembawa acara yang tidak siap; sebaliknya acara yang sedang-sedang saja dapat menjadi lebih baik dan mengesankan karena si pembawa acara mampu menghidupkan acara tersebut. Jadi, pembawa acara dituntut untuk menjiwai dan mengerti benar acara yang hendak dibawakannya, di antaranya kriteria acara, bentuk dan format acara, serta sasaran yang hendak dituju oleh acara tersebut. Sebagai misal, acara musik rock berbeda cara membawakannya dibandingkan dengan acara musik orkestra atau dangdut, acara olah raga berbeda dengan acara ilmiah dan kuis.

Sebenarnya, untuk menjadi seorang pembawa acara tidaklah sulit seperti yang kita bayangkan, walaupun faktor peluang dan kesempatan merupakan kendala untuk menjadi pembawa acara. Untuk mengatasi hal tersebut, pembawa acara haruslah meningkatkan SDM-nya dan membekali dirinya dengan berbagai faktor penunjang yang berhubungan erat dengan profesi yang digelutinya. Secara umum, berbagai faktor penunjang tersebut merupakan syarat menjadi pembawa acara, meliputi:

·         Faktor Pikiran & Sikap Positif

                Tampil dan dikenal banyak orang tidak selalu membawa sanjungan dan pujian, ada kalanya juga menerima kritikan, teguran, atau cacian. Keduanya, baik cacian maupun pujian mempunyai makna yang sama. Hal ini sejak awal perlu kita sadari karena berhubungan dengan selera dan keinginan orang banyak yang tidak dapat kita penuhi semuanya. Pada hakikatnya kritikan dan cacian adalah pil pahit, apabila tepat pemakaiannya, ia dapat menjadi obat. Demikian pula pujian, sama membahayakan seperti cacian; jika pujian terlalu banyak diberikan, dampaknya seperti suntikan morfin yang membuat orang hanya mencintai dirinya sendiri dan hidup dalam bayangan Dengan bekal keyakinan inilah kita melangkah penuh percaya diri dan berani menerima, baik kesuksesan maupun kegagalan dengan sikap yang sama. Artinya, kita tidak berbesar kepala ketika mengalami kesuksesan, dan kita juga tidak tenggelam dalam kesedihan ketika tampil buruk atau gagal, terlebih berusaha menyalahkan pihak lain.

·         Faktor Kesehatan
Seorang pembawa acara dituntut ‘memancarkan’ energi atau kharismanya sehingga ia mampu memimpin atau membawakan acara dengan baik. Sering ia diminta membawakan acara di luar daerahnya sehingga harus melakukan perjalanan jauh yang melelahkan, atau ia membawakan acara yang begitu padat dengan persiapan panjang. Dalam kaitan ini, ia harus memiliki stamina yang tinggi dan menyadari bahwa kesehatannya harus dirawat dengan baik, jika tidak, ia tidak dapat bertahan selama bertahun-tahun menjalankan profesinya sebagai pembawa acara.

                Stamina yang kuat tidak hanya didapatkan di saat tubuh kita sehat. Sering kita tidak memperhatikan kesehatan karena merasa sangat sehat atau tidak pernah sakit sehingga kita tidak mempedulikan bahwa menjaga kesehatan adalah bagian profesionalitas. Akan tetapi, hal ini bukanlah berarti bahwa seorang penderita penyakit tertentu tidak dapat menjadi pembawa acara. Banyak pembawa acara yang sukses, meskipun memiliki penyakit tertentu, kuncinya adalah kita dapat mengatasi penyakit yang kita derita tersebut  sehingga tidak menghambat pekerjaan dan tetap dapat produktif.

Sebagai contoh, seorang penyanyi yang sangat gemar minum- minuman dingin, ia merasa tidak dapat hidup tanpa es. Bahkan, ia masih minum es saat terserang radang ternggorokan atau flu, meskipun sudah diperingatkan dokter agar tidak minum-minuman dingin sebelum sembuh. Akhirnya penyakitnya berkembang parah menyerang pita suaranya sehingga ia tidak dapat bersuara beberapa bulan. Ia memerlukan waktu tahunan untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut. Kehidupannya menjadi berantakan karena selama ini menyanyi adalah profesinya, dan hidupnya dibiayai oleh penghasilannya sebagai penyanyi. Cerita yang hampir sama terjadi pada seorang yang berprofesi sebagai pembawa acara terkenal. Kebiasaannya merokok dan keluar malam ternyata merusak kesehatannya dan membuatnya terbaring di rumah sakit cukup lama sehingga menghabiskan biaya dan tenaga.

                Setiap orang mempunyai daya tahan tubuh yang berbeda, oleh karena itu kita harus mengenali diri pribadi masing-masing. Janganlah kita berlaku hanya sekadar menyenangkan perasaan seorang teman yang mengajak begadang sepanjang malam, jika kita besok pagi harus tampil fresh untuk membawakan sebuah acara. Seorang pembawa acara tidak pernah peduli dikatakan “kurang – gaul” hanya karena ia tidak sering keluar malam, namun sebaliknya ia mengetahui persis keadaan fisiknya. Kita memilih dapat bekerja dengan baik daripada mengerjakan sesuatu yang belum jelas manfaatnya.  Hidup ini adalah masalah pilihan.

·         Faktor Empati & Kerja Sama

Seorang pembawa acara, mempunyai ‘otoritas’ untuk membawakan acara dalam bentuk apapun dari awal hingga akhir, seolah-olah acara itu miliknya. Misalnya, seorang penyiar radio bebas menentukan lagu–lagu, merangkai kata yang disampaikannya selama on-air. Juga pembawa acara televisi, dengan gaya masing-masing berusaha menghidupkan acara yang dibawakannya. Seperti, Ulfa Dwiyanti mempunyai gaya yang berbeda dengan Sarah Sechan, Farhan dalam Pesta tidak sama gayanya dengan Sonny Tulung dalam Famili 100. Sama halnya dengan dunia panggung, setiap pembawa acara mempunyai ‘warna’ tersendiri, sesuai dengan jenis acara yang dibawakannya.

Perasaan sebagai pemegang ‘otoritas‘, pada pembawa acara sering memunculkan ego dan keinginan untuk menonjolkan diri secara berlebihan. Padahal, suatu acara tidak akan berjalan tanpa keterlibatan unsur lain, di antaranya penyelenggara acara dan audience. Paling sedikit, ketiga unsur inilah yang harus dijaga kepentingannya secara adil supaya suasana nyaman dapat tercipta. Banyak peristiwa terjadi bahwa si pembawa acara berkali-kali menyanyi menunjukkan kemampuannya, meskipun sudah ada beberapa penyanyi yang mengisi acara, ia tidak memperdulikan audience yang mulai bosan karena acaranya bertele-tele. Atau peristiwa mengenai pembawa acara yang sekaligus sebagai pelawak yang tidak menghiraukan keinginan panitia penyelenggara agar mempercepat acara, karena masih banyak acara selanjutnya atau hal lainnya. Ia begitu asyik dengan gurauannya yang direspon positif oleh audience “Toh penonton terbahak-bahak terus, mengapa saya disuruh berhenti?”

                Dalam kaitan ini, pembawa acara mungkin ingin menunjukkan bahwa ia cukup menguasai permasalahan. Sebenarnya, hal tersebut hanya diperlihatkannya melalui caranya memancing jawaban atau membuat pertanyaan, tanpa ia harus turut mengulasnya. Kesediaan untuk berempati terhadap unsur-unsur lain dalam suatu acara menunjukkan tingkat kedewasaan diri. Ada kalanya kita menempatkan diri pada posisi orang lain, mencoba mengerti perasaan orang lain. Tampil bagus adalah harus, namun bukan berarti kita mengambil peran atau waktu orang lain demi menunjukkan kehebatan diri sendiri.

·         Faktor Kemauan Belajar

Adalah hal yang wajar jika kita tidak mengerti tentang suatu hal, atau kita tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan orang lain. Karena, tak seorang pun di dunia ini yang mengetahui tentang segalanya dan dapat mengerjakan semua hal. Namun, kemauan untuk belajar sangat diperlukan, sebab setiap detik dalam hidup kita adalah kesempatan untuk belajar.

Menekuni profesi sebagai pembawa acara merupakan proses ‘memperkaya’ diri, proses belajar yang tidak terikat usia, status, dan lain-lainnya. Tergantung pada kita, apakah dapat mewujudkan kesempatan ini atau tidak, karena kesempatannya terbuka lebar. 

Makin sering kita belajar, kita semakin mendapatkan sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sejak semula. Sebagai contoh, ketika seseorang pertama kali diminta menjadi pembawa acara suatu resepsi pernikahan, si pembawa acara pasti diliputi kepanikan, karena ia merasa tidak mengetahui hal yang harus dikerjakannya dan diungkapkan. Ini terjadi karena saat ia menghadiri suatu resepsi, ia tidak pernah memperhatikan apa yang dikerjakan dan dikatakan oleh pembawa acara tersebut. Pengalaman tersebut membuatnya melakukan ‘survey’ dengan cara banyak bertanya kepada mereka yang sudah terbiasa mengerjakan acara itu, dan ia selalu berusaha memperhatikan acara-acara resepsi yang dihadirinya. Jika diperlukan, ia mohon kepada temannya yang kebetulan mendapat undangan suatu resepsi agar ia diajak menemaninya, meskipun ia tidak diundang pada resepsi tersebut.

                Melalui pengalaman ini, kita harus mempunyai keinginan belajar dari segala sesuatu yang kita dengar, lihat, dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari, karena pada saatnya nanti kita pun membutuhkan ‘ilmu’ tersebut. Dalam perjalanan karir kita selanjutnya, tidak pernah ada kata berhenti belajar; karena banyak macam acara dan bidang yang dapat berfungsi sebagai penambah wawasan. Misalnya, seminar para ahli geologi, seminar para pakar spesialis (spesialis anak, spesialis bedah, spesialis kulit, dan sebagainya), pertemuan dan pencanangan motivasi kerja bagi karyawan sebuah perusahaan multinasional, pembukaan pabrik joint–venture oleh duta besar negara lain, cultural-show untuk warga asing di Irian Jaya, masyarakat, pelaku pariwisata di Jepang, dan sebagainya. Di samping itu, juga gaya dalam arti bahasa, yakni cara berbicara, busana adalah unsur lain yang mendukung. Gaya reportase-santai pada “Citra Nusantara”. Sedikit lebih serius dalam “Apresiasi Gamelan“, wawancara-santai pada “Harmoni”, dan dinamis pada “Kuis Griya Gita”. Kesemuanya ini kita lakukan sambil terus belajar, namun perlu dicatat bahwa hal tersebut membutuhkan proses belajar yang tidak singkat, karena selain harus menambah ilmu, kita juga selalu mendapatkan wawasan baru. Betapa banyaknya ‘kekayaan’ yang kita dapatkan dari kemauan untuk selalu belajar.


1 comments:

minta tolong ditunjukkan contoh presenter continuity yang masih ada saat ini, karena setahu saya sudah tidak ada lagi.
setahu saya juga, moderator adalah istilah off air untuk pemandu diskusi panel. sedangkan dalam dunia penyiaran sebutannya tetap anchor atau host. demikian pula dengan pembawa acara atau MC lebih merujuk pada acara off air. pembawa acara (PA) biasanya acara resmi, istilah MC untuk acara semi formal. untuk program televisi sebutannya tetap presenter atau host.

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More